Pheromone

Saat ini Chan, Changbin, dan Jeongin tengah berada di coffee shop dengan alasan menghindari keributan di kost.

“Kayaknya Om Lin beneran mau rut, deh,” Jeongin berbicara setelah menyedot kopinya.

Changbin mengangguk setuju. “Dia kalo mau rut sensian kan. Dia termasuk jarang rut, tapi sekalinya rut jujur iya jadi serem.”

“Umumnya alpha rut 2-3 kali setahun, kan? Selama ngekost sama dia, gue cuma liat dia rut sekali,” Chan menimpali, diikuti anggukan dari Changbin dan Jeongin.

“Makanya gue gak tau feromon dia apa. Gue baru bisa cium 'bau asli' feromon alpha sama omega kalo mereka lagi musim kawin. Kalo beta mah setiap hari sama baunya. Bau asli terus,” lanjutnya.

Changbin mengangguk lagi. “Sama.”

“Terus kenapa kemaren lu ledekin gue bau dupa kalo lu bisa cium bau asli gue?” Chan menoleh ke arah Changbin.

“Emang yang kemaren itu lu rut? Enggak kan? Di hidung gue emang bau dupa, Pak,” jawab Changbin.

Chan tidak menjawab, dia membuang muka sambil meneguk kopinya.

“Lu tau sesuatu tentang Om Lin sama Jiji gak Mas?” Jeongin bersuara. “Maksudnya, gue liat mereka kayak ada sesuatu. Kalian liat tadi terakhiran di gc mereka kek gimana.”

Changbin diam sejenak. “Hm, ini kalo gue kasih tau termasuk privasi gak ya?”

“Kalo emang privasi gak usah diceritain. Lama-lama bakal kebongkar juga kalo emang ada apa-apa,” sahut Chan. “Kek gak tau anak-anak gimana embernya.”


“YEAYYY!!! HAHAHAHA!!”

Tiga omega penghuni kost itu tengah bermain uno. Saat ini Seungmin yang kalah, diledek habis-habisan oleh Hyunjin dan Felix karena Seungmin harus menerima hukuman.

Apa itu hukumannya?

Mencucikan baju pemain yang menang selama satu minggu.

Seungmin pasrah saja, deh.

Ketika mereka hendak merapikan kartu uno yang berceceran di karpet, mendadak tubuh ketiganya menegang.

“Uhh..,” Felix mulai merintih. Mukanya memerah.

“Ini.., bau siapa?” Seungmin yang masih mampu mempertahankan kesadaran utuhnya bersuara. Tapi tak dapat dipungkiri, aroma pekat yang tercium ini begitu memancing hingga membuatnya pusing dan merinding di sekujur tubuh.

Sedangkan Hyunjin hanya diam, dia peluk erat kakinya sambil meringkuk. Rengekan-rengekan pelan keluar dari bibirnya yang bergetar.

Seungmin yang paling kuat berusaha menggoyang badan Hyunjin dan Felix, membantu kedua temannya untuk bangun.

“Guys, ayo ke atas aja. Kayaknya ini dari kamar Om Lin. Dia lagi rut.”

“Nghh...,” tapi Felix dan Hyunjin masih enggan bangun. Lebih tepatnya tak kuat untuk berdiri dan berjalan.

Feromon gaharu dan nilam yang menguar begitu terasa kuat dan memikat.

“Guys..,” Seungmin masih berusaha. Tapi kemudian dia ambil ponselnya untuk menelpon Jisung. Bermaksud untuk meminta bantuan pertama selama tiga anggota kost yang lain sedang keluar.

Tak ada jawaban. Panggilan masuk, tapi tidak dijawab.

“Jiji kemana sih..,” dan akhirnya Seungmin tak mampu menahan dinding pertahanannya. Ia ikut meringkuk bersama Hyunjin dan Felix.

Namun sebelumnya dia sempat meninggalkan pesan kepada Jeongin.