Milkita
“Gak mau bagi gue, nih?”
Seungmin memalingkan punggungnya untuk membelakangi Jeongin.
“Hhh,” Jeongin hanya bisa menghela napas. Ia heran, bingung, kenapa, sih? Setelah mini heat—istilah buatan Lino—Seungmin jadi irit sekali bicara, mana pelit lagi?
Beberapa menit Jeongin dan Seungmin saling diam-diaman di bangku taman belakang kost. Seungmin duduk membelakangi Jeongin sembari menyantap permen milkita rasa melon, sedangkan Jeongin hanya duduk dengan pasrah.
“Kak Mo,” lalu Jeongin coba menyolek pinggang Seungmin.
“Apa, sih?”
“Bagi, dong. Itu milkitanya di kantong hoodie lu ada lima.. masa mau lu makan semua? Gue yang beliin anjir,” protes Jeongin.
Seungmin menoleh ke belakang. “Oh, jadi gak ikhlas beliinnya?”
“Bukan gitu..,” Jeongin mengurut batang hidungnya.
Beberapa saat kemudian Seungmin berdiri, tiba-tiba ia tarik tangan Jeongin, ia bawa lelaki beta itu naik ke lantai dua, tepatnya menuju kamarnya.
“Eh eh?” Bingung Jeongin ketika keduanya telah sampai di kamar Seungmin.
“Peluk boleh?” Ucap Seungmin, membuat Jeongin terkejut.
“Maksudnya?”
Kesal, lantas saja Seungmin terjang badan Jeongin, ia tidurkan kepalanya pada pundak yang lebih muda. “Tolol. Masa gak ngerti peluk.”
Jeongin masih memaku di tempatnya, tidak percaya Seungmin memeluknya secara tiba-tiba. Tapi perlahan ia peluk kembali badan sang omega yang terasa lebih kecil di badan pas-pasannya itu.
“Kak Mo, gue beta. Gak bisa scenting.“
Seungmin menggeleng pelan. “Geer. Gue gak pengen scenting. Pengen peluk aja, bau lu enak.”
Beta tetaplah memiliki feromon, walaupun baunya tak setajam alpha maupun omega. Feromon dari beta pun cenderung berbau netral, tak terlalu earthy, spicy, dan woody seperti feromon alpha, maupun terlalu manis seperti feromon omega.
Seungmin pun memang bisa gila ketika mencium feromon alpha yang sedang rut, tetapi menurutnya feromon Jeongin yang paling bisa membuatnya tenang. Tidak terlalu kuat baunya, justru itu yang membuat Seungmin suka.
“Ada yang pernah ngatain bau lu kayak stella jeruk, gak?”
Mendengar itu, tawa Jeongin meledak. Matcha dan Bergamot, itu adalah feromon milik Jeongin.
“Kenapa bisa mikir gitu, sih?”
Seungmin eratkan pelukannya pada badan Jeongin. Ia lesakkan wajahnya semakin dalam pada ceruk leher sang beta. “Bau lu kan citrus, siapa tau pas marah ada yang cium bau lu kayak stella jeruk.”
Jeongin tertawa lagi. “Selama ini gak ada, sih. Cuma pernah dikatain Kak Hyunjin bau gue kayak minyak kayu putih.”
“Mmmm,” gumam Seungmin. “Bau matchanya sih, emang rada kayak minyak kayu putih, kadang. Pas lu marah. Tapi masih enak di hidung gue.”
Kemudian Jeongin bawa tubuh Seungmin untuk duduk di ranjang. Pegel juga di kaki kalau harus terus-terusan berdiri. Setelah sampai di ranjang, Seungmin langsung menidurkan kepalanya pada paha Jeongin. Jeongin biarkan begitu saja Seungmin melakukan sesuatu sesuka hatinya.
Feromon manis menguar dari tubuh Seungmin. Bubblegum dan Vanilla. Bau yang sangat dessert sekali. Kalau saja Jeongin adalah alpha, mungkin ia tak akan bisa menahan diri untuk tak memakan Seungmin saat itu juga. Untung dirinya adalah beta. Sehingga aroma manis dari Seungmin tak cukup mampu membuatnya terangsang dan lepas kendali.
Tapi kalau ditanya sukakah dia dengan feromon sang omega? Jawabannya jelas, iya. Jeongin menyukai bau Seungmin. Ia bisa kenyang hanya dengan menghirup dalam-dalam bau manis itu.
“Kak Mo.”
“Hm?”
“Pas lu mini heat tadi, kenapa yang lu chat gue? Maksudnya kan ada yang lain gitu, kenapa harus gue? Tanya doang ini, jangan sensi lu.”
Seungmin memainkan tali hoodie Jeongin yang menjuntai. “Gak tau. Kepikirannya elu. Gue kan pas tadi gak bisa mikir panjang, jadi ya apa yang kepikiran aja.”
Jeongin menanggapi ucapan Seungmin dengan kekehan kecil. Lalu dalam hatinya ia mengira-ngira, apakah benar hanya itu alasan Seungmin?