Nest

Tags: grinding, masturbation, fantasization

Sandalwood dan Musk. Hyunjin hirup dalam-dalam aroma itu dari baju-baju milik Chan. Saat ini ia berbaring di ranjangnya, ia letakkan baju-baju milik Chan di sekitar tubuhnya. Kaos yang ia kenakan tadi sudah berganti dengan kaos milik Chan.

Hyunjin melapisi gulingnya dengan kaos Chan yang lain, setelah itu ia peluk erat sembari ia tenggelamkan wajahnya di sana.

“Uhh..,” Hyunjin merasakan kedut di area genitalnya. Ia menggeliat. Feromon maskulin Chan merangsangnya.

Hyunjin pun tak tahan. Perlahan ia buka celananya, membiarkan area bawahnya polos tak tertutup apa-apa.

“Kak Chan.. maaf.. nanti habis ini baju-baju kamu aku cuciin,” ucapnya lirih. Kemudian ia letakkan beberapa baju Chan di antara pahanya. Ia gesek-gesek, membayangkan itu adalah Chan.

Desahan lirih lolos dari bibir Hyunjin. Merasa tak puas, kini ia letakkan guling yang telah berlapis kaos milik Chan di antara kedua kakinya.

“Ahh..,” Hyunjin peluk erat gulingnya sembari terus menggesek genitalnya pada permukaan guling, wajahnya tersembunyi di antara tumpukan baju Chan. Ia hirup dalam-dalam feromon sang alpha.

Masih belum puas, Hyunjin pun membawa tangannya untuk meraih penisnya. Sedikit tersentak ketika genitalnya itu akhirnya bersentuhan dengan kulit yang lain.

Perlahan ia kocok penisnya. Desahannya semakin menjadi ketika ia percepat tempo gerakan tangannya. Kedua pahanya tertutup rapat, punggungnya melengkung ke depan.

Tangannya yang lain terulur ke belakang. Perlahan ia lesakkan jari tengahnya ke dalam lubang-nya. Sudah sangat basah, memang semudah itu bagi omega untuk basah ketika sedang terangsang.

Hyunjin gerakkan jarinya keluar masuk. Tak juga puas, ia tambahkan satu jari lagi. Dua jari kini mengoyak perlahan lubang lembap dan hangat itu.

Hyunjin memusatkan pikirannya pada sosok Chan. Ia bayangkan wajah pria itu bersamaan dengan ia biarkan feromon sang pria melesak masuk ke dalam hidungnya.

Hyunjin pusing, tetapi ini nikmat.

“Umhh.. Kak Chan.. ahh!” Hyunjin sampai pada klimaksnya, tak butuh waktu lama.


Seungmin, dengan suasana hati yang tak cukup baik, berhenti di depan pintu kamar Hyunjin. Satu mangkok nasi dengan lauk telur goreng dan satu gelas air putih berada di tangannya.

Awalnya Seungmin akan mengetuk pintu itu, namun ia urungkan ketika ia dengar sayup-sayup suara Hyunjin menyebut nama Chan dari dalam sana.

Seungmin pun meletakkan mangkok dan gelas itu pada meja kecil yang berada di antara pintu kamar Hyunjin dan pintu kamar Felix. Ia menghela napas.

“Hah, ya udah, deh.”