Part 1
Seungmin adalah anak tunggal dari keluarga kecil yang kehidupannya serba terbatas. Ibunya selingkuh dengan pria lain, begitu juga dengan ayahnya yang selingkuh dengan wanita lain. Namun Seungmin sudah terbiasa dengan hal itu, dia memilih untuk tidak memikirkannya. Satu hal yang menjadi fokus Seungmin, dirinya ingin menjadi penyanyi.
Suatu hari di perjalanan sepulang dari toko bunga tempatnya bekerja, Seungmin melihat poster yang tertempel di tiang listrik pinggir jalan. Isi poster itu, sebuah klub musikal sedang kekurangan anggota. Klub itu mengadakan audisi untuk merekrut anggota baru yang mana audisinya akan dilaksanakan dua minggu lagi.
Seungmin pun memutuskan untuk mengikuti audisi itu. Walaupun Seungmin tahu orang tuanya tidak akan mengizinkannya pergi, namun Seungmin tetap memutuskan untuk pergi ke audisi yang digelar jauh dari kota tempatnya tinggal itu. Maka dari itu Seungmin harus mencari kesempatan saat kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah untuk pergi diam-diam.
Seungmin tidak memiliki cukup uang untuk menyewa tempat tinggal. Disitu dia merutuki dirinya sendiri karena pergi tanpa persiapan yang matang. Dia pun pasrah, dan akhirnya memutuskan untuk menumpang tidur di teras sebuah toko yang letaknya di ujung sebuah gang, untuk menghindari digrebek oleh satpol pp. Tak apa, audisi digelar besok. Tak masalah jika satu malam saja dia tidur dengan kondisi tempat tidur kurang baik seperti ini, begitu pikir Seungmin.
Bang Chan, salah satu vokalis dari klub musikal ‘Heart Eagle’. Tiga bulan terakhir hidupnya terasa hampa. Dia putus dengan kekasihnya, Hwang Hyunjin, tiga bulan lalu. Semenjak itu hidupnya terasa tak sama lagi. Padahal Chan sendiri lah yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Hyunjin.
Malam itu dia dalam perjalanan pulang dari sebuah club. Dia memutuskan untuk berkeliling kota sebentar untuk menempelkan beberapa poster audisi klub musikalnya di sudut-sudut kota. Pada saat itu lah dia menemukan seorang pemuda yang terbaring meringkuk di teras sebuah barber shop, hanya mengenakan hoodie kebesaran sebagai pelindung badan dari dinginnya udara malam itu.
“K-kim Seungmin.”
“Bang Chan. Just call me Chan or Chris. Chris is my stage name.”
Mata pemuda itu membulat. “S-stage name? K-kau selebriti?”
Chan terkekeh sambil menunduk. Pria itu mengusap tengkuknya. “No, I’m just a singer.”
“Well, Seungmin, what brings you here? Where are you from? Why are you sleeping here? Are you homeless? No offense, just asking.”
Pemuda bernama Seungmin itu menunduk, dia meremas tangannya yang hampir membeku. “I’m attending an audition tomorrow. Aku berasal dari luar kota, jauh dari sini.”
Chan menatap Seungmin. “Audisi?”
Seungmin mendongak, matanya bertemu dengan sorot tajam lawan bicaranya itu. Pria bernama Bang Chan itu, dia memiliki kharisma yang tidak bisa Seungmin jelaskan.
“Yap. Do you know Heart Eagle? I’m attending their audition.”
Chan terkesiap. “Oh, shit.”
Hari H audisi. Seungmin menggunakan kamar mandi umum untuk mandi dan sedikit berdandan. Selain skill, penampilan pun harus Seungmin perhatikan demi untuk mendapat first impression yang baik. Seungmin menggunakan layar ponselnya untuk bercermin. Baiklah, penampilannya tak terlihat begitu buruk. Setelah itu dia simpan ponselnya ke dalam tasnya. Tangannya lalu terulur untuk meraih knop pintu. Nafas panjang dia buang sebelum knop pintu dia putar.
“Kim Seungmin. Whatever the result, just don’t mind about it. At least you’ve tried,” ucapnya pada dirinya sendiri.
Dengan perasaan yang mantap, Seungmin pun membuka pintu kamar mandi umum itu, lalu bergegas menuju halte. Dia tak boleh terlambat.
BRUK
“What the hell?”
“Oh my God, I’m so sorry!”
Seseorang yang dia tabrak itu masih berdiri di dekatnya tanpa mengatakan apapun. Seungmin pun mendongak sambil memegang pundaknya yang sakit. Seorang pemuda dengan rambut pirang sebahu yang dikuncir half-ponytail, sedang memeriksa gelas kopinya. Merasa ditatap oleh Seungmin, pemuda itu menoleh.
“Good thing I have lid on my glass so my coffee didn’t spill.”
Seungmin menunduk lagi. “I’m so sorry. I’m not careful enough.”
“Well. Just be careful. Don’t use only your feet when you’re walking but also use your eyes.”
Pemuda pirang itu pun berlalu. Seungmin masih terpaku di tempat, memandangi punggung pemuda itu. Seungmin sedikit merenung. Suara pemuda itu, terdengar sedikit pahit. Entah bagaimana Seungmin bisa merasakan kalau suasana hati pemuda itu sedang tidak baik.
“Audition participants, please get in line!”
Lamunan Seungmin buyar ketika suara dari speaker terdengar. Baik lah, Seungmin harus fokus.
“Show us what you got, Kim.”
Jujur saja Seungmin sangat gugup. Ini adalah pertama kali dirinya bernyanyi di hadapan orang-orang. Matanya berkedip gelisah, telapak tangannya berkeringat. Sudut matanya menangkap Chan yang duduk di ujung ruangan bersama beberapa orang lain disana. Pria itu menatap Seungmin, melayangkan senyum tipis sambil menganggukkan kepalanya sekali.
“I thought that I’d been hurt before..”
Chan yang sebelumnya menunduk kini mendongak untuk menatap Seungmin tepat ketika pemuda itu melantunkan satu larik dari lirik yang dia nyanyikan.
“But no one’s ever left me quite this sore..”
Mata Chan tidak pernah lepas dari Seungmin. Suara lembut dan manis dari pemuda itu begitu memikatnya.
“Your words cut deeper than a knife, now I need someone to breathe me back to life..”
Disisi lain, lirik dari lagu yang dilantunkan oleh Seungmin begitu menusuk hatinya.
“Got a feeling that I’m going under. But I know that I’ll make it out alive,”
Sorot tajam Chan begitu fokus pada Seungmin. Namun pikirannya berkelana entah kemana.
“If I quit calling you my lover, move on..”
Hwang Hyunjin.
Move on.
Pria yang duduk di sebelahnya menyenggol lengannya. Chan pun menoleh.
“The lyrics got you?” ujar pria itu.
Chan hanya menghela nafas.
“Dude, he’s your ex.”
“Kim Seungmin.”
Seungmin meremas jemarinya, mencoba sekuat tenaga agar dirinya tetap tenang. Mengetahui fakta bahwa Chan lah yang mengumumkan lolos tidaknya dirinya, membuat kegugupannya meningkat berkali-kali lipat.
Chan memberi jeda cukup lama. Dia lirik Seungmin yang menunduk gugup. Ujung bibirnya tertarik untuk membentuk sebuah senyuman. Pemuda itu terlihat cukup menggemaskan.
“Congratulations. You passed the first step of the audition. Please come again three days later for the second step of selection.” Chan tersenyum bangga setelah dia mengumumkan kelolosan Seungmin.
Hari menjelang malam. Chan melihat Seungmin yang duduk seorang diri di kursi yang terletak di trotoar. Pria itu mengingat betul tentang kemarin malam. Kemudian dia pun memutuskan untuk menghampiri Seungmin. Dia tidak bisa membiarkan calon rekan vokalisnya itu tidur di teras toko lagi.
“Aku tinggal sendirian. Jadi jangan khawatir.”
“Tapi tetap saja aku merasa tidak enak. Aku merasa tidak layak untuk tinggal satu rumah dengan juriku sendiri.”
Chan menghentikan langkah kakinya. Dia pun berbalik untuk menghadap Seungmin yang berdiri di belakangnya.
“Bukan juri, Seungmin. Aku tidak suka dipanggil seperti itu.”
Seungmin terdiam. Dia menatap Chan, otaknya penuh dengan tanda tanya. Jujur saja dia tidak begitu mengerti apa maksud dari perkataan Chan barusan. Dan juga apa alasan pria itu dengan senang hati menampungnya untuk tinggal sementara, selagi menunggu datangnya hari audisi tahap kedua.
“Well, let’s say I’m your mentor,” Chan melanjutkan langkahnya. Dengan begitu Seungmin membuntuti pria itu.
“I can see a strong potential on you, Seungmin. I love your voice, it’s beautiful, and I love your style in singing. Tapi seperti yang kau tahu juga, aku tidak bisa membuat keputusan sepihak. Jadi hanya karena aku memilihmu untuk menjadi calon vokalis Heart Eagle, bukan berarti itu akan menjamin kau pasti akan menjadi vokalis Heart Eagle nantinya. That’s why I’d rather to be called your mentor.”
Chan pun menghentikan langkahnya. Pria itu pun duduk pada single sofa di ruang tamu apartemennya. Dia tumpu kedua sikunya pada pahanya. Matanya menatap mata Seungmin.
“But I want you. I have strong will to make you a new vocalist of Heart Eagle. I’ll help you.”
.