Part 2
Pagi pertama Seungmin semenjak dia tinggal di rumah mentornya. Pria bernama Chan itu masih terlelap, lampu-lampu utama di apartemennya masih padam.
Seungmin mengendap-endap keluar dari kamar tamu, takut-takut jika dirinya menimbulkan suara berisik. Pemuda itu berjalan menuju jendela besar di ruang tamu, perlahan menyibak korden dan membuka jendela itu.
Udara dingin menyambut wajahnya. Langit berwarna biru gelap, sorot dari sinar matahari belum terlihat.
Pukul 5:40 a.m.
Masih terlalu pagi, tetapi Seungmin lapar. Akan tidak sopan jika mencari makanan di dapur rumah Chan, apalagi ketika si pemilik rumah masih belum bangun, begitu pikir Seungmin. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk berjalan-jalan keluar untuk menghirup udara segar sekaligus mencari makan.
Uangnya sangat pas-pasan. Dia sendiri bahkan tidak yakin jika uang yang dipegangnya akan cukup untuk tiga hari ke depan.
Seungmin menghela nafas.
Pagi itu belum banyak tempat makan yang buka. Hanya ada minimarket 24 jam.
Seungmin pun menghela nafas untuk kedua kalinya. Telapak tangannya yang dingin dia selipkan pada saku hoodienya. Dia berjalan tanpa tujuan, sekedar ingin melihat-lihat sekitar.
Sambil berpikir.
Kemudian matanya menangkap sebuah objek di dekat sebuah gang. Senyumnya merekah, tanpa pikir panjang dia membawa dirinya untuk menghampiri objek tersebut.
Sebuah gitar rusak tersandar pada bak tempat sampah.
Seungmin mengangkat gitar itu. Badan gitar itu lecet di beberapa bagian. Warnanya juga sudah tak lagi mengkilap, beberapa senar putus.
Seungmin pun meletakkan kembali gitar itu, kini di tempat yang lebih tersembunyi. Dia berlalu dari situ, memutuskan untuk pergi ke minimarket untuk membeli makanan instan.
“Chan.”
“Hm?”
“Bisa kau tunjukkan di mana letak toko senar?”
Dahi Chan sedikit mengernyit. “Senar? Untuk apa?”
“Hanya, aku membutuhkannya.”
Chan pun mengangguk. “Alright. Sekarang?”
Sorot mata Seungmin berbinar, ditariknya senyuman tipis pada ujung bibirnya.
Seungmin senang karena dia telah mendapatkan senarnya. Tanpa pikir panjang dia masuk ke kamarnya, menutup pintunya, lalu meraih gitar rusak yang dia temukan di dekat tempat sampah tadi pagi itu.
Dulu Seungmin pernah melihat temannya yang bekerja di toko gitar sedang memasang senar pada gitar. Kemudian dengan bekal ingatan yang dia miliki, Seungmin mencoba untuk memasang kembali senar pada gitar itu.
Hari menjelang malam ketika Seungmin berhasil memasang senar pada gitar itu.
JRENG
Sedikit aneh memang suaranya, tapi Seungmin tidak mempermasalahkan hal itu.
Jemari tangan kirinyanya dia letakkan pada fretboard, jemari tangan kanannya bersiap untuk memetik senar.
TOK TOK TOK
“Seungmin, ayo kita makan malam.”
“Help me, it's like the walls are caving in..”
Chan mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar Seungmin sekali lagi. Pria itu tertegun.
Alunan gitar dan suara lembut dari Seungmin seakan langsung menelusup masuk ke dalam hatinya tanpa permisi.
“Sometimes I feel like giving up but I just can't..”
“It isn't in my blood..”
Chan begitu menyukai suara Seungmin. Alunan indah dari mulut lelaki berwajah mirip anak anjing itu selalu berhasil menusuk hatinya. Seakan terdapat suatu hal yang tidak dapat Chan jelaskan dalam suara Seungmin.
“Ah!”
Chan tersadar dari lamunannya ketika mendengar Seungmin memekik.
“Seungmin, are you okay?”
CKLEK
Tak lama kemudian pintu kamar Seungmin terbuka.
“Oh, hi, Chan. Kau sudah lama menunggu, kah? Maaf membuatmu menunggu.”
“No, I just-”
Chan sempat melihat ada cairan merah di ujung jari telunjuk Seungmin.
“You hurt yourself.”
Seungmin sedikit terbelalak. “W-what? What do you mean?”
Chan melirik tangan kiri Seungmin yang lelaki itu sembunyikan di balik punggungnya.
“Sini tanganmu.”
Mata Seungmin bergerak-gerak gelisah. Tetapi kemudian dia mengulurkan tangan kanannya kepada Chan.
“Bukan yang kanan. Yang kiri.”
“Uhm, wait a minute, aku lupa aku sudah janji akan mengirimi pesan ibuku. Tunggu sebentar.”
Chan meraih lengan kiri Seungmin, menahan lelaki itu untuk beranjak dari tempatnya.
“Kim Seungmin.”
Seungmin memperhatikan tangan Chan yang dengan lihai melilitkan plester pada ujung jarinya yang terluka karena tergores senar gitar.
“Why did you hide it from me? It's not like I'm gonna scold you.”
Seungmin diam saja. Benar juga, untuk apa dia tadi bertingkah seakan Chan akan memarahinya kalau dirinya terluka.
“Where did you get that guitar from?”
Mata Seungmin menatap wajah Chan yang masih menunduk untuk membereskan kotak P3K. Merasa tidak mendapat jawaban, Chan mendongan untuk menatap Seungmin yang kini menunduk untuk menghindari tatapan darinya.
“It's not like I'm gonna scold you,” Chan mengulang kalimatnya.
“I-i found it. Di jalan.”
Chan menatap Seungmin lebih dalam. “Kau, memungutnya?”
Seungmin berkedip dengan cepat dan gelisah. “Look, gitar itu diterlantarkan di tempat sampah. Jadi aku pikir gitar itu sudah tidak digunakan lagi jadi aku mengambilnya. I-”
Seungmin tiba-tiba menghentikan suaranya. Bibir dan tangannya bergetar.
“I'm not a thief...”
Tawa renyah Chan terdengar setelah hening menyelimuti beberapa saat. Pria itu meraih tangan Seungmin, lalu meremat lembut tangan yang bergetar itu.
“Seungmin, kenapa kau berpikir seperti itu?”
Seungmin menunduk. Dia hampir menangis.
“A-aku takut kau akan mengataiku seorang pencuri dan kau akan mendiskualifikasiku dari peserta audisi..”
Lagi-lagi Chan tertawa renyah. Lelaki manis ini, dia sangat polos.
“Kau polos sekali.”
Chan mengubah posisi duduknya agar lebih mudah menghadap Seungmin. Dia ulurkan tangannya ke dagu Seungmin, lalu mengangkat wajah lelaki manis itu agar bertatapan dengan wajahnya.
“I won't, okay? Aku hanya penasaran, makanya aku tadi bertanya. Aku tidak peduli mau gitarmu itu hasil curian atau bukan. Yang penting kau tetap bernyanyi. Because I'm falling in love with your voice,” nada bicara Chan sedikit menggantung.
Mulut Seungmin sedikit menganga. Matanya berkedip-kedip. Chan tahu, lawan bicaranya ini sedang berusaha mencerna kata-katanya barusan.
“Well, sudah lah. Sekarang kau makan dulu. Ada satu box ayam di meja makan, itu untukmu. Tidak usah berterima kasih. Sudah sana cepat makan.”
Dengan begitu Seungmin mengangguk dan segera beranjak dari sofa tempatnya duduk. Chan memandangi punggung Seungmin yang makin menjauh.
”...and you. I'm falling in love with you, Kim Seungmin.”
.