Pop The Nuts!

Tags: nsfw, top!jeongin harem, bottom!hyunseunglix, yanghwang, jeonglix, jeongmin, other skz members as cameo, swimming pool, pool sex, public sex, dialog non baku, semi non baku, harsh words, explicit sex scene, mention of prostitution, slight comedy, nipple play, blow job, fingering, anal fucking, cum on the face, boy with bikini

Words: 2,6K+

This fic is made special for our Jeongin's birthday. Happy birthday, I.N!


“Sudahi pornomu, mari berenang bersamaku.”

Jeongin terkejut, sampai-sampai dia harus bangun dari posisi nyamannya—rebahan di sofa, telanjang dada, kaki ngangkang lebar, nonton porno di ponsel siang bolong.

“Berapa kali gue bilang, Bang, jangan muncul tiba-tiba kayak jin lampu dong,” lelaki yang baru saja menyelesaikan rangkaian ospek perkuliahan yang melelahkan itu protes.

“Kos ini bukan punya elu doang, keles,” Minho, salah satu teman satu kos Jeongin, sebenarnya tiga tahun lebih tua, ikut melayangkan protes.

Jeongin mencebik, dia bergidik. Pokoknya dia paling jijik kalau Minho sudah memakai bahasa gaul yang menurutnya nggak banget itu. Tapi Minho tak hiraukan cebikan dari Jeongin. Lelaki itu duduk di sebelah adik kosnya, dengan lancangnya mencomot keripik usus di dalam toples yang diletakkan di antara paha Jeongin.

“Ayo dong renang,” ucapnya sembari mengunyah camilan renyah itu.

“Jujur gue mager, Bang. Sumpah enakan nonton hentai,” Jeongin menanggapi.

Minho menoleh. “Hentai mulu, ujung-ujungnya coli. Ejakulasi dini tau rasa lu.”

Dan Jeongin pun memukul pipi Minho dengan tutup toples.

“Eh tapi gue pernah tuh dateng ke tempat renang punya ayahnya Chan. Tapi sekarang Chan yang handle, sih. Rumor-rumornya ya, itu tempat renang buat para prostitusi,” Minho kembali berujar, sekali-sekali melirik layar ponsel Jeongin yang menampilkan dua tokoh kartun dewasa sedang berhubungan badan.

Merasa tertarik dengan topik pembicaraan Minho, Jeongin menghentikan sejenak pemutaran video pornonya itu. Dia mengalihkan perhatiannya pada Minho.

“Kok bisa, Bang?”

“Bisa, Bang.”

Lagi, Minho mendapat pukulan di pipinya. Kali ini dengan remote TV.

“Gue tanya serius. Awas kalo lu cuma ngada-ngada, gue culik si Puan.”

“Puan siape?”

“Kucing lo namanya Puan bukan?”

Kali ini giliran Jeongin yang dapat pukulan di pipi. Langsung dengan bogem mentah dari Minho. Main-main tentu saja, bukan bogem seriusan.

“Kalo gue punya banteng, baru gue namain Puan. Ini kucing cok,” sungut Minho. “Suni, Dungi, Dori, nama kucing gue. Puan, Puan dari Atlantis.”

“Dari Atlantis mah Sendi, Bang,” Jeongin menyahut dengan santai.

“Bikini Bottom, cok, Bukan Atlantis. Dah lah cape ngomong sama elo,” dengan muka gusar, Minho merebut toples keripik usus dari Jeongin dan mulai dia nikmati seorang diri.

Sedangkan Jeongin hanya tertawa puas setelah berhasil melayangkan gurauan tidak lucunya. “Bang, yang tadi itu beneran? Kolam renang punya Chan nganu prostitusi, ya?”

“Bukan kayak ngadain praktek prostitusi, sih. Cuma rumornya ada beberapa orang-orang PSK jadi member tetap di situ. Tapi emang waktu gue ke sana, kan biasanya member tetapnya tuh latihan hampir setiap hari gitu, kan. Kebetulan pas gue ke sana, mereka lagi latihan. Sumpah Je, gak cowok gak cewek,wuih, solehot semua.”

Jeongin mengangguk-angguk mendengar cerita dari Minho. Dia mendengarkan Minho yang masih lanjut bercerita. Dan kemudian,

“Bang, ayo renang ke sana,” dia beranjak dari duduknya.

Minho mendongak. “Cuci mata apa olahraga?”

“Bang. Ada pepatah mengatakan sekali dayung dua pulau terlampaui.”

Minho mengerti maksud Jeongin. Ya, olahraga sekaligus modus. Siapa tahu dapat bonus.

Dia pun ikut beranjak. “Ayo!”


“Tiket buat dua dewasa, Kak.”

“Baik, dua puluh ribu ya, Kak.”

Setelah patungan dengan Jeongin, Minho menyerahkan dua lembar uang sepuluh ribu kepada loket. Setelah diberi tiket, mereka berdua masuk ke area kolam renang. Ada satpam yang berjaga, bertugas menagih tiket yang dibeli. Minho pun menyerahkan kedua lembar tiket kepada satpam.

Dan benar kata Minho.

Di dekat salah satu kolam, terdapat sekumpulan wanita dengan badan begitu seksi, hanya memakai bikini yang sangat minim, mungkin hanya menutupi area genital dan kedua puting saja, sedang melakukan peregangan.

Tak jauh dari sana, sekumpulan lelaki dengan badan yang relatif kecil dan berlekuk indah, juga mengenakan bikini namun tak seminim milik para wanita tadi, melakukan peregangan juga.

Beberapa dari lelaki-lelaki cantik itu melirik ke arah Jeongin dan Minho, mengerlingkan mata mereka dengan manja.

“Aduh, bisa mupeng gue,” celetuk Jeongin, dibalas tawa oleh Minho.

“Kalo ketauan mupeng sama mereka, bisa diewe ditempat lo.”

Sembari berbincang, Minho dan Jeongin berhenti di kolam yang cukup sepi. Mereka yang awalnya mengenakan kaos dan kolor, kini dilepaslah kaos mereka. Menyisakan kolor dan celana dalam di balik kolor.

“COK!! LU KESINI? ANJING LO!”

Terdengar suara familiar, Minho pun menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Changbin yang tadi berseru. Lelaki berbadan kekar itu datang bersama Jisung. Keduanya adalah teman dekat Minho, tapi tidak begitu dekat dengan Jeongin.

Sumringahlah Minho karena bertemu sahabat karibnya. Mereka bertiga pun saling berpelukan.

“Je, gue tinggal bentar gak papa? Gak papa lah ya, lu bukan bocil yang harus diawasi lagi,” Minho berpamitan.

Ya, Jeongin tidak masalah, sih, jika harus berenang sendirian. Toh nanti dirinya bisa SKSD ke orang, siapa tahu bisa jadi kawan.

“Ya, udah. Sok,” balas Jeongin, yang kemudian langsung ditinggal pergi oleh Minho bersama dua temannya itu.

Kini Jeongin sendirian. Sebelum masuk ke kolam, dia melakukan peregangan. Agar tidak terjadi cedera maupun salah urat. Karena merasa terganggu dengan poninya yang cukup panjang, Jeongin pun mengambil sedikit air kolam dengan telapak tangannya, lalu dia balurkan pada rambutnya sambil disisir ke atas. Tetes-tetes air turun dari ujung rambut dan pelipisnya, jatuh mengenai pundak dan dada polosnya.

Jeongin itu tampan. Badannya pun atletis. Di usianya yang baru saja menginjak kepala dua itu, pesona Jeongin sudah bersinar dan terpancar terang.

Tak heran jika beberapa orang di sana meliriknya.

Setelah menyelesaikan peregangan, Jeongin masuk ke kolam. Dengan lihai dia gerakkan badannya menyelami air kolam renang. Berbagai gaya renang juga dia lakukan.

Segar, air kolam terasa segar. Jeongin merebahkan punggungnya pada pinggiran kolam, dia pejamkan matanya. Dia biarkan badannya mengapung sambil merelaksasikan pikiran.

Sesekali dia melirik ke arah orang-orang seksi dengan bikini mini di seberang sana. Hitung-hitung cuci mata.

Hingga kemudian,

“Sendirian aja?”

Ada suara lembut menginterupsi. Jeongin membuka matanya hanya untuk mendapati seseorang yang...

...cantik. Cantik. Cantik. Sangat cantik. Demi apa pun, lelaki yang menghampirinya itu terlampau cantik dan seksi. Matanya sedikit tajam, bibirnya tebal menggoda, rambutnya sebahu.

“Oh-uh-um, i-iya, sendirian, nih,” jawab Jeongin kikuk.

“Cowok ganteng masa sendirian aja, sih?”

Jeongin menoleh ke sisi lain, pasalnya ada suara asing lagi menginterupsi. Matanya membulat.

Cantik. Lucu. Seperti boneka. Wajahnya kecil, matanya besar, dengan bibir mungil. Cantik. Indah.

“Kita temenin mau, gak?”

Lagi-lagi Jeongin menoleh ke arah lain ketika terdengar suara yang berbeda lagi. Mata lucu yang sedikit membulat, bibir tipis, dan wajah yang manis menggemaskan. Terlihat mirip anak anjing yang lucu.

Dan ketiga orang itu, mengenakan bikini yang seksi. Tak hanya satu, tapi tiga. Bayangkan saja, Jeongin didekati oleh tiga orang bidadari sekaligus.

“Uh, um- b-boleh?” Sungguh, Jeongin masih kikuk.

“Ya boleh, dong,” yang rambut panjang mengedipkan sebelah matanya.

Lalu tiba-tiba yang berwajah seperti boneka memegang tangan Jeongin, mengelus lengan kekarnya. “Namaku Felix. Kamu siapa, ganteng?”

Jeongin menelan ludahnya susah payah. “J-jeongin..”

“Jeongin seksi, ganteng banget,” kali ini yang berambut panjang yang berujar. Lengan kurusnya ia kalungkan pada leher Jeongin. “Kalo aku Hyunjin.”

Lelaki yang satunya beranjak dari duduknya, dia berdiri di hadapan Jeongin. Dirabanya dada bidang Jeongin, lalu sedikit dia dorong. Mau tak mau Jeongin menggeser mundur badannya. Tak disangka-sangka, lelaki manis itu mendudukkan dirinya pada pangkuan Jeongin.

“Aku Seungmin,” ucapnya.

Muka Jeongin memerah. Malu, tapi terlalu sayang jika dia sia-siakan kesempatan emas ini. Kapan lagi dalam sekali waktu dapat tiga? Mana bening semua, lagi.

“Jeongin udah punya pacar?” Hyunjin mendekatkan bibirnya di telinga Jeongin, membuatnya bulu kuduknya berdiri.

“B-belum,” jawab Jeongin.

Hyunjin terkikik lucu. “Coba pegang Seungmin, dia suka kalo pantatnya diremes.”

Aduh, Jeongin tegang. Ditambah Seungmin yang dengan sengaja menggerakkan pinggulnya, menari-nari dengan pelan di atas selangkangannya. Tatapan Seungmin seolah mengundang Jeongin agar segera menyentuhnya.

Lagi-lagi Jeongin menelan ludah susah payah. Namun kemudian, tangannya dia ulurkan untuk memegang pantat Seungmin.

“Uhh,” rintih Seungmin pelan sambil tersenyum nakal.

“Good, Seungmin. I wanna feel it too,” Felix menatap Seungmin yang terlihat keenakan, padahal hanya pantatnya yang disentuh.

Seungmin dorong lagi dada Jeongin. Kini lelaki itu setengah tiduran dengan siku menahan bobot tubuhnya. Felix menungging di sebelah Jeongin, membiarkan dadanya tepat berada atas muka Jeongin.

“Hyunjin mau bantu Felix,” Hyunjin berjongkok tak jauh dari letak kepala Jeongin, kakinya dibuka lebar-lebar. Dengan sedikit melirik ke atas, Jeongin dapat melihat selangkangan bersih Hyunjin dengan jelas.

Hyunjin pun meremas-remas pantat Felix sebagai mana yang Jeongin lakukan pada Seungmin.

“Jeongin mau emut?” Tiba-tiba Felix lepas atasan bikininya hingga lelaki cantik itu kini telanjang dada. Dia sodorkan dadanya pada Jeongin, puting merah mudanya sudah menonjol dan mengeras.

Gila, Jeongin tidak menyangka. Namun dia juga tidak menolak. Apakah di kehidupan sebelumnya dirinya pernah menyelamatkan sebuah negeri, hingga saat ini dia ketiban hoki sebesar ini?

Maka Jeongin ikuti saja alur permainan mereka. Persetan dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Yang penting, saat ini hanya kata 'enak' yang berputar-putar di otaknya.

“Jeongin, ayo cepet emut~”

Ah, gila. Felix sangat memancingnya. Juga Seungmin yang bergerak makin liar di pangkuannya. Ditambah pemandangan selangkangan indah milik Hyunjin. Jeongin bisa gila.

“Binal banget,” ucapnya sebelum akhirnya dia raup puting Felix. Dia mainkan tonjolan itu dengan lidahnya. Satu tangannya dia gunakan untuk memanjakan puting yang lain.

“Ahh~” Desah Felix.

Di saat yang sama, Seungmin sedikit mundur. Dia telusupkan tangannya ke dalam celana Jeongin.

“Ngh, shit,” umpat Jeongin ketika dia rasakan belaian pada kejantanannya. Di balik celananya, Seungmin bermain-main dengan penisnya.

“Jeongin gede,” celetuk Seungmin.

“Ih Seungmin, Hyunjin jadi penasaran seberapa gedenya,” sahut Hyunjin, dihadiahi juluran lidah dari Seungmin.

“Tunggu, kita ganti posisi biar semuanya dapet!” Hyunjin berucap lagi. Ketiga orang yang lain terlihat menatapnya bingung. Tapi kemudian Seungmin turun dari pangkuan Jeongin, mengikuti instruksi dari Hyunjin.

Hyunjin menarik lengan Jeongin, menuntun lelaki itu agar berbaring telentang di lantai. Setelah itu Hyunjin mengambil posisi di atas tubuh Jeongin, berjongkok tepat di atas selangkangan lelaki itu.

Seperti sudah naluri, Seungmin dan Felix berbaring dengan posisi miring, masing-masing di sisi kanan dan kiri Jeongin menghadap pria itu. Seungmin melepas atasan bikininya, lalu kedua lelaki manis itu menyodorkan dada mereka pada muka Jeongin.

“Jeongin nyusu ke kita, gantian kanan kiri,” ucap Seungmin.

Demi apa pun, tolong ingatkan mereka saat ini banyak orang di sekitar mereka. Tapi siapa peduli? Persetan sudah dengan segalanya.

Karena di dunia ini isinya cuma ngewe.

Hyunjin turunkan celana Jeongin. Penis berukuran sedang cenderung besar itu mengacung tegak, mengundang senyum puas dari Hyunjin. Hyunjin genggam batang keras itu, dia kocok perlahan.

Desahan Jeongin tertahan karena mulutnya sedang mengisap puting Felix saat itu. Sesaat kemudian, Hyunjin jilat ujung penis Jeongin, lalu perlahan dia masukkan batang itu ke mulutnya.

Enak.

Melihat itu semua, Seungmin semakin terangsang. Dengan putingnya dipermainkan saja tak cukup untuk memuaskan dirinya. Maka dari itu, dia bangkit dari posisinya. Dia pun menungging membelakangi Jeongin, perlahan dia turunkan celananya.

Mata Jeongin sedikit melebar ketika melihat lubang merah muda yang sudah basah tepat di depan mukanya.

“Jeongin, kobelin~” Pinta Seungmin dengan manja.

Ah, kalau sudah begini bagaimana mungkin Jeongin menolak?

Maka Jeongin jilat jari tengah dan telunjuknya, lalu dia ulurkan lengannya untuk menyentuh lubang anal Seungmin. Pertama dia elus lubang itu untuk menggoda Seungmin. Ketika Seungmin semakin merintih, baru Jeongin masukkan dua jarinya ke dalam lubang itu. Perlahan dia elus dinding dalam anal Seungmin, mencari-cari keberadaan titik dekat prostat lelaki manis itu.

Tak mau kalah, Hyunjin menggerakkan organ-organ mulutnya dengan lihai pada penis Jeongin. Lidahnya berputar di ujung penis lelaki itu, kepalanya naik turun memberikan servis terbaik. Terkadang dia urut dan pijat penis serta buah zakar Jeongin.

Jeongin seperti terbang ke langit. Hyunjin ini sangat pro.

Felix pun tak ingin kalah. Sembari membiarkan Jeongin bergerilya di putingnya, dia berikan ciuman, jilatan, dan isapan pada leher, pundak, dan dada lelaki itu. Sesekali dengan nakal jarinya bermain-main di sekitar dada dan perut atletis Jeongin.

“Ahh!” Seungmin memekik. Pasalnya Jeongin telah menemukan titiknya. Tak karuan dia mendesah, sungguh terdengar memabukkan.

Dan bagian bawah Hyunjin ternyata juga telah berkedut ingin diisi. Maka dia tanggalkan celananya, lalu dia posisikan ujung penis Jeongin pada lubang analnya. Sebelum itu, dia balurkan ludahnya sendiri di area analnya sebagai pelumas. Tak perlu banyak-banyak, karena lubangnya sendiri sudah basah dari tadi.

“Ngh.. aahh~” Hyunjin mendesah kala penis Jeongin memasuki lubangnya. Sedangkan Jeongin mendesis merasakan penisnya diremas-remas oleh dinding anal Hyunjin yang berkedut. Dengan lincah, Hyunjin gerakkan pinggulnya naik turun. Kedua tangannya berada di paha Jeongin untuk menopang tubuhnya.

Melihat lubang milik kedua temannya diisi, Felix juga ingin. Maka dia bangun, dia lepas celananya. Mengikuti Seungmin, Felix berjongkok semi menungging di hadapan kepala Jeongin.

“Jeongin, Felix bersih, kok. Mau dijilatin~” Rengeknya manja.

Dan Jeongin menurut. Sebelah tangannya yang bebas dia gunakan untuk menggenggam pantat Felix, dia buka pipi pantat itu. Lidahnya bergerak meraba-raba permukaan lubang Felix.

“Uhh~ so good~” Desah Felix.

Lidah Jeongin bergerak berputar, kemudian dia isap lubang itu. Terkadang lidahnya bergerak keluar masuk lubang Felix, memakan lubang itu penuh nafsu.

“Ahh! Unghh, ahh! Mmhh, Jeonginhh aku- ahh! Close! Mhh, more!” Itu adalah Seungmin yang memekik. Hampir sampailah dia pada pelepasannya. Maka dari itu, Jeongin percepat pergerakan jarinya. Dengan brutal dia tumbuk, usap, dan raba titik dekat prostat milik Seungmin.

“Ahh! Ahh! Unghh.. anghh ahh!” Dan Hyunjin juga mendesah hebat.

“Aaaahh~” Juga Felix.

Jeongin pusing. Dalam konotasi positif tentu saja.

“Ahh!” Seungmin memekik. Lelaki manis itu telah mencapai puncaknya. Jeongin pun menarik jari-jarinya keluar, dia raba permukaan lubang Seungmin hingga lelaki itu menyelesaikan orgasmenya.

Dan di bawah sana, penis Jeongin makin berkedut. Hyunjin bergerak semakin brutal, memompa penisnya dengan lubang hangat milik si cantik.

“Nghh- Jeongin, ayoo~ ahh! Keluar~” Hyunjin menggerakkan pinggulnya dengan gerakan memutar sebelum dia bergerak naik turun lagi.

Tak butuh waktu lama, Jeongin mencapai puncaknya. Tak lama setelahnya, Hyunjin menyusul. Dia tak berpindah, membiarkan Jeongin mengeluarkan spermanya di dalam dirinya.

Sementara itu, Felix berpindah tempat. Setelah Hyunjin dan Seungmin selesai, Felix membawa Jeongin untuk duduk.

“Jeongin, giliran Felix. Make me cum like them,” dia tatap Jeongin dengan mata berkilaunya.

Tentu saja Jeongin tak bisa menolak.

Dia balikkan badan Felix, dia dekap badan mungil itu dari belakang. “Sini, aku bantu.”

Jeongin masukkan penisnya yang masih tegang ke dalam lubang Felix. Desahan nikmat pun keluar dari mulut Felix. Perlahan dia gerakkan pinggulnya maju mundur, tangannya mendekap pinggang kecil Felix.

“Ahh! Ahh! Yess ahh I like it~”

Baik Felix dan Jeongin memang sudah sensitif sedari tadi. Tak perlu waktu lama hingga mereka dekat dengan puncaknya.

Felix memekik ketika Jeongin menumbuk titiknya. Kedua lengannya menopang berat tubuhnya di lantai, sedikit bergetar karena rasa nikmat yang dia rasa.

Dan Jeongin tumbuk berkali-kali titik Felix. Membuat yang ditumbuk memekik dan mendesah tak karuan.

“Mmhh- ahh! Nghh Jeongin~ ahh ahh! Aku- ahhh!” Felix pun mencapai orgasmenya.

Tepat ketika Jeongin sudah sangat dekat, dia cabut penisnya keluar. “Felix, sini,” dia pun berdiri, dia isyaratkan Felix untuk bersimpuh di bawahnya. Jeongin pun mengocok penisnya tepat di hadapan muka Felix.

“Ahh... fuck,” dan Jeongin menyemburkan spermanya pada muka Felix. Felix senang saja, dia suka ketika muka cantiknya dikotori oleh sperma.


Singkat cerita, setelah pergelutan panas antara Jeongin dengan tiga lelaki cantik dan seksi itu, mereka saling bertukar kontak. Kini Hyunjin, Felix, dan Seungmin sudah pergi, mungkin kembali untuk melakukan latihan.

Jeongin lemas. Tenaganya banyak terkuras pada kegiatan bercinta dengan tiga orang sekaligus tadi. Saat ini dia telentang, membiarkan tubuhnya mengambang pada air kolam.

“Woy! Anjing lo.”

Jeongin menoleh. Ternyata itu Minho.

Minho duduk di pinggiran kolam, dan Jeongin tetap pada posisinya.

“Ditinggal bentar malah ngewe sama tiga orang.”

Jeongin terkekeh. “Mereka yang dateng duluan, Bang. Awalnya mau nemenin, malah jadinya godain. Ya gue gak mau nolak dong, kesempatan berlian itu.”

Ya, Minho mengerti. Kalau dia berada di posisi Jeongin, dia juga tak akan menolak.

“Tapi kerad, ye. Terang-terangan di tengah kolam. Mana banyak orang lagi,” ujar Minho.

Tak sengaja Jeongin melihat noda seperti sperma yang telah mengering pada kolor Minho. “Alah, lo juga habis main, kan?”

“Ya, paling enggak bukan di tempat terbuka banget kayak gini,” sahut Minho.

Jeongin bangun dari posisinya, kini dia sandarkan tubuhnya pada dinding kolam. “Jadi bener main?”

Minho mengangguk. “Iye, sama Chan, Changbin. Kita gangbang si Jisung.”

.

.

END.