Pukul 2 siang, Hyunjin berjalan menuju gerbang sekolahnya dengan jantung berdebar-debar. Kantong kresek hitam di tangannya dia genggam erat, dia sembunyikan di belakang punggungnya.

Chan, ternyata lelaki itu sudah menunggu di depan. Dengan gantengnya duduk di atas motornya di bawah pohon mangga.

Dengan langkah yang gugup, Hyunjin menghampiri Chan.

“Mas Chan,” cicitnya.

Yang dipanggil pun menoleh. “Udah?”

Hyunjin mengangguk. Dengan begitu Chan mengulurkan tangannya, hendak memberikan helm Hyunjin kepada Hyunjin.

“Mas Chan,” namun Hyunjin memanggil Chan sekali lagi.

Kantong kresek di tangannya dia bawa ke depan, mengundang tatapan bingung dari Chan. Hyunjin pun mengeluarkan sebuah cup yang berisi es teh lemon. Kemudian dia berikan es teh lemon itu kepada Chan.

“Loh, apa ini?” Tanya Chan sembari menerima minuman itu.

“Hehe, buat Mas Chan,” jawab Hyunjin malu-malu.

Chan melihat sebuah tulisan 'To: Mas Chan Ganteng' pada cup plastik itu, ditulis dengan spidol permanen. Senyumnya mengembang. Menggemaskan, begitu pikirnya.

“Aku mau beliin minuman apa bingung, Mas, soalnya nggak tau Mas Chan sukanya apa sama takut kalo Mas Chan ada nggak suka sama minuman tertentu jadi aku beliin es teh lemon aja yang pasti banyak orang suka,” Hyunjin berujar dengan suara lirih.

Chan terkekeh. “Aku ganteng, nih?”

“Ih!” Hyunjin memukul lengan Chan. “I-iya ganteng..”

Kini Chan tertawa lembut. Gemas sekali dengan tingkah Hyunjin. Kemudian tangannya meraih tangan Hyunjin, dia raba dengan lembut jari-jari Hyunjin.

“Makasih, ya.”

Hyunjin menunduk, wajahnya semerah tomat sekarang. Mendadak dia merasa panas, dadanya bergemuruh kencang.

“Yuk pulang! Nggak ada mau kemana gitu, kan?” Ujar Chan.

Hyunjin segera menyambar helm miliknya, memakainya, dan segera naik ke jok motor, duduk di belakang Chan bahkan ketika lelaki itu belum siap-siap, mengakibatkan motor hampir oleng.

Chan pun menyalakan mesin motornya.

“Udah makan siang?” Tanyanya pada Hyunjin sembari menunggu jalan sepi, karena dia akan menyeberang.

“Tadi udah,” jawab Hyunjin.

“Tapi aku belom. Temenin aku makan, ya?”

Chan segera menjalankan motornya berlawanan arah dengan arah rumah Hyunjin. Tidak memberikan kesempatan bagi Hyunjin untuk menjawab.