Room A

Tags: hyunjin centric, hyunjin harem, dom!chris, dom!minho, dom!changbin, dom!jeongin, sub!hyunjin, genderfluid!hyunjin, hyunjin has vagina, feminization, gangbang, age gap, a bit of BDSM, harsh words, rough sex, sex without aftercare, blow job, deep throat, fingering, nipple play, spit as lube, vagina fuck, anal fuck, mouth fuck, semi exhibitionism, office sex, boss and intern, office workers and intern, chris is the boss, minho and changbin are the general manager, hyunjin and jeongin are the interns

Words: 2,2K+


“Ng- umm...”

“Lagi sayang, kecil banget mulut kamu. Gak cukup, ya?”

Hyunjin melesakkan penis besar Chris lebih jauh ke dalam mulutnya. Dengan susah payah tentunya, mulutnya tak cukup besar menampung penis dengan ukuran 9 inch itu. Tangan dan lututnya sedikit bergetar.

“Ngh- akh!” Hyunjin tersentak ketika Chris menarik rambutnya.

“Udah berapa kali saya bilang, jangan kena gigi,” pria berusia 32 tahun itu berkata.

Mata Hyunjin berair, ujung penis Chris menyodok dinding kerongkongannya. Pelan-pelan ia mengangguk sambil mendongak menatap bosnya itu.

Chris meraih dagu Hyunjin, senyuman miring muncul di wajah tampannya. Puas dengan pemandangan di bawahnya.

Cantik. Hyunjin sangat cantik. Wajahnya memerah, terutama di sekitar pipi dan ujung hidungnya. Matanya sayu dan berair, bibirnya merah basah.

Hyunjin yang berusia 21 tahun, seorang mahasiswa yang sedang magang di perusahaan bisnis konstruksi yang dipimpin oleh Chris. Ia tak sendiri, tentunya. Jeongin adalah temannya yang juga magang di perusahaan milik Chris.

Mengambil inisiatif, Hyunjin mengeluarkan penis Chris dari mulutnya. Ia genggam batang keras itu, lidahnya menjilat-jilat layaknya sedang mengonsumsi lolipop kesukaannya.

Namun tampaknya Chris kurang puas. Ia tarik penisnya hingga genggaman tangan Hyunjin terlepas.

“Buka mulutnya.”

Menurut, Hyunjin buka mulutnya sembari menatap pria yang berdiri di hadapan dirinya yang sedang berlutut itu. Chris memasukkan seluruh penisnya ke dalam mulut Hyunjin, mendorong dan sedikit memaksanya hingga bibir Hyunjin bersentuhan dengan pangkal penisnya.

“Akh- uhk!” Tentu saja si cantik akan tersedak. Bahkan sampai air mata lolos dari pelupuk matanya.

Chris memegang kepala Hyunjin, ia gerakkan kepala yang lebih muda dengan gerakan maju mundur. Sedangkan Hyunjin, ia cengkeram kain celana mahal yang dikenakan oleh Chris.

Sesak, juga sedikit sakit. Tapi Hyunjin suka dengan sensasi ini. Bagaimana kejantanan sang atasan mengisi penuh mulut dan kerongkongannya. Bagaimana kepala kejantanan itu menubruk dinding kerongkongannya bertubi-tubi.

Hingga kemudian pintu diketuk dari luar.

Chris berdecak kesal, tak suka kegiatannya diganggu. Tapi kemudian ia tarik pinggulnya menjauh hingga penisnya terbebas dari mulut Hyunjin. Ia rapikan pakaiannya, lalu berjalan menuju pintu.

“Pak!” Itu Hyunjin, berseru panik. Pasalnya saat ini pakaiannya telah terlepas dari badannya, entah di mana Chris menaruh pakaian itu. Alias saat ini Hyunjin sedang telanjang.

“Hm?” Chris menoleh. “Sembunyi aja dulu. Kecuali kalo kamu tipe exhibionist.”

Dengan begitu, Hyunjin segera menyembunyikan dirinya di balik tirai besar ruangan itu. Sementara Chris berjalan semakin dekat ke arah pintu, lalu membuka papan kayu itu.

“Izin, Pak Chris. Saya mau setor berkas laporan dari Pak Minho untuk ditandatangani oleh Bapak.”

Chris menerima beberapa lembar berkas yang diserahkan oleh Jeongin. Sebelum Jeongin pergi, ia berucap.

“Kamu mau bantu saya rekam saya, gak?”

“Eh? Rekam apa ya, Pak, kalau boleh tahu?” Jeongin menanggapi.

“Ini di luar urusan pekerjaan, sih. Ada temen kamu si Hyunjin juga. Nanti saya kasih bonus, kalau kamu mau. Terus, kalau kamu mau, langsung ke ruang multimedia aja, bilang ke karyawan di sana buat pinjem kamera. Yang nyuruh Pak Chris, gitu,” jawab Chris.

Kebetulan sedang senggang, Jeongin iyakan saja tawaran Chris. Mengingat atasannya itu berkata akan memberikan bonus. Lumayan.

“Baik, Pak. Saya mau. Kalau begitu saya ambil kameranya dulu ya, Pak.”

Chris mengangguk, mempersilahkan Jeongin berlalu. Kemudian ia masuk lagi ke ruangannya. Terkekehlah dia ketika melihat Hyunjin yang sedang bersembunyi di balik tirai, hanya kepalanya yang muncul.

Chris duduk di sofa. Dasi dan sabuknya ia lepas. “Hyunjin, sini.”

Layaknya anjing kecil yang sudah terlatih, Hyunjin menurut. Ia hampiri Chris yang sedang membuka beberapa kancing kemejanya juga kancing celananya.

“Duduk,” Chris menepuk pahanya.

Lagi-lagi Hyunjin menurut. Ia dudukkan pantat polosnya pada paha Chris, lengannya secara otomatis melingkar pada leher kokoh pria itu. Kemudian Chris membuka paha Hyunjin.

“Kamu itu unik. Saya gak kira kalau ternyata kamu punya vagina.”

Chris sentuh paha dalam Hyunjin, lalu merambat naik untuk mengelus permukaan vagina Hyunjin yang masih terkatup rapat itu. Hyunjin merona, menunduk malu-malu sembari menahan desahannya.

Jari-jari Chris bermain-main pada bibir vagina itu. Desahan-desahan kecil lolos dari mulut Hyunjin.

“Pak..”

“Kamu itu ya, Hyunjin. Tadi saya suruh kerjain laporan malah nonton porno,” jempol Chris menyusup masuk ke balik bibir vagina Hyunjin, mengelus bagian dalamnya.

“Ahh! Ahh..”

“Apa, Dek, tanggapanmu? Bukannya kasih tanggapan malah desah kamu.”

Napas Hyunjin memburu. “Ungh.. m-maaf, Pak- ah!” Hyunjin tersentak, pasalnya Chris melesakkan jari tengah ke dalam vaginanya secara tiba-tiba.

“Apa, Dek?” Chris menyeringai puas.

Karena Hyunjin tak kunjung memberi jawaban, sebelah tangan Chris meraih ponselnya.

“Halo, Changbin? Uh, sibuk gak lu? Hm. Ke sini, ke ruangan gue. Ajak Minho juga. Oke.”

Ketika Chris menoleh ke arah Hyunjin, si cantik itu menatapnya takut-takut, matanya membulat. “Pak? Siapa yang mau ke sini? Tapi kita kan-”

“Saya lihat tadi kamu nonton porno semacam gangbang atau group sex. Jadi saya kira kamu suka dengan yang sejenis itu?” Chris berujar.

Hyunjin bungkam. Antara tak bisa menjawab dan terlalu menikmati servis yang diberikan oleh atasannya pada vaginanya. Atau mungkin keduanya?

Kemudian Chris memutar badannya dan badan Hyunjin secara tiba-tiba, kini mereka menghadap pintu. Jarinya bergerak keluar masuk lubang vagina Hyunjin.

“Kita hadap pintu.”

“Uh- eh?” Lagi-lagi Hyunjin menatap Chris dengan raut muka takut.

“Udah, nurut aja,” Chris berbisik.

“Jus melon di depan kantor? Emang iya enak?”

“Enak banget Pak, lu harus coba.”

“Berapa tahun gue kerja di sini sampe diangkat jadi general manager kenapa gue gak pernah mampir di situ ye, lu juga sih baru bilang sekarang!”

“Ya gue kira lu udah pernah mampir!”

Terdengar sayup-sayup suara dua orang pria sedang bercengkerama dari balik pintu. Hingga kemudian,

CKLEK

Pintu ruangan terbuka.

”....bajingan.”


Jeongin telah mendapat izin untuk meminjam kamera. Saat ini ia berjalan menyusuri lorong menuju tempat elevator berada. Ia masuki elevator itu untuk membawanya menuju lantai 8, tempat di mana ruangan Chris berada.

Pria berumur 20 tahun itu bersenandung ringan. Ketika elevator telah sampai di lantai 8, ia segera keluar. Kakinya ia bawa menuju ruangan dengan tanda 'A' pada pintunya, menandakan itu adalah ruangan sang bos.

Bel pun ia pencet. “Permisi, Pak Chris. Ini saya, Jeongin.”

“Hm, masuk aja. Pintunya gak saya kunci,” sang bos menyahut dari dalam.

“Baik, Pak,” Jeongin pun membuka pintu itu.

Seketika ia memaku, tubuhnya membeku di tempat. Pemandangan di depan matanya sangat sangat sama sekali tidak terduga.


”...bajingan.”

Chris menyeringai. “Sini, Minho, Changbin. Gabung.”

“Sinting lo anjing,” Changbin mengumpat, tapi kakinya tetap melangkah maju mendekati Chris dan Hyunjin yang sedang duduk di paha atasannya itu.

Sedangkan Minho menutup pintu ruangan itu rapat-rapat. Tak perlu basa-basi, pria berusia 30 tahun itu membuka dasi dan ikat pinggangnya.

“Kocak, Hyunjin punya memek?”

Minho mendekati Changbin, ia toyor kepala rekannya itu. “Tinggal nikmatin, gak usah banyak komen. Udah dikasih lampu ijo tuh sama Pak Bos.”

Changbin tersenyum lebar. Segera saja ia buka celananya, ia keluarkan penisnya, lalu dia kocok perlahan. “Ini anak magang boleh di-gangbang emang, Pak?”

Chris terkekeh. “Tanya aja ke anaknya.”

Changbin berjongkok di hadapan Hyunjin. Ia topang dagu si cantik agar dapat ia lihat wajahnya. “Gimana, Dek? Mau di-gangbang?”

Bersamaan dengan itu, Chris percepat tempo gerakan jarinya. Di dalam sana, ia elus g spot Hyunjin, membuat pemilik vagina meloloskan pekikan kenikmatan.

“Wuih, mantap,” Changbin menjilat bibirnya penuh nafsu.

“Dia gak nolak, Bin,” itu Chris yang berbicara.

Kemudian Minho ikut mendekat. Ia bungkukkan badannya, lalu ia raih dagu Hyunjin. Beberapa saat kemudian, bibirnya telah menyatu dengan milik si cantik. Kecupan panas terjadi di antara keduanya. Tak ingin kalah, Changbin pun mengulurkan tangannya untuk memilin dan memainkan puting Hyunjin.

Hyunjin menggelinjang hebat. Tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya, kejadian seperti ini akan terjadi pada hidupnya.

Dan Chris benar. Hyunjin tidak menolak. Walaupun sempat takut, tentu saja, para pria ini adalah atasannya. Terlebih dirinya hanyalah seorang mahasiswa magang. Tetapi jauh di dalam sana, ia suka. Ia suka diperlakukan seperti ini. Chris dan dua general manager ini, mereka adalah pria-pria menawan. Jika Hyunjin deskripsikan dengan dua kata, mereka itu terlihat layaknya sex god. Dengan badan atletis dan wajah tampan, serta penampilan yang begitu memikat. Siapa yang tak mau digagahi oleh mereka?

“Ganti posisi aja, Pak, biar enak.”

Chris mengangguk, menerima saran Changbin. Ia angkat tubuh Hyunjin, kemudian ia berdiri. Minho berbaring di atas karpet bulu, ia lepas semua kancing kemejanya juga resleting celananya. Penisnya yang sudah keras ia keluarkan.

“Sini sayang,” ucap Minho kepada Hyunjin. Hyunjin pun naik ke atas badan Minho. Tangannya ia letakkan pada dada bidang pria di bawahnya. Minho pun menggesekkan kepala penisnya pada bibir vagina Hyunjin.

“Udah basah banget, Pak,” Minho lapor kepada Chris, dibalas kekehan dari sang bos.

Kemudian Chris berlutut di belakang Hyunjin. “Minho, angkat pantat Hyunjin dikit.”

Minho menurut. Chris pun mengeluarkan penisnya. Pria itu meludah di atas lubang pantat Hyunjin sementara Minho masih setia menggesekkan penisnya pada bibir vagina dan klitoris Hyunjin. Chris pun ikut menggesekkan penisnya pada lubang anal Hyunjin.

Sedangkan Hyunjin? Tentu saja mendesah tak karuan. Tak peduli lagi dengan siapa pun yang mungkin saja mendengar desahannya. Stimulasi di bawah sana begitu menggilakan.

“Gue bagian mulut dong,” Changbin mendekat. Ia tarik dagu Hyunjin.

“Cantik,” pria itu tersenyum.

“Ungh.. ah- ahh!” Hyunjin memekik. Bagaimana tidak? Minho dan Chris melesakkan penis mereka masing-masing ke dalam lubang vagina dan lubang anal Hyunjin secara bersamaan.

Changbin tersenyum miring. “Semua lubang kamu bakal kita sumpel pake kontol nih, Dek.”

Changbin pun menyodorkan penisnya ke dekat mulut Hyunjin. Hyunjin membuka mulutnya, lantas Changbin masukkan penisnya ke dalam mulut si cantik.

“Anak pinter. Isep yang bener, oke? Changbin mengelus rambut Hyunjin.

Sementara itu, Minho menggempur vagina Hyunjin sembari mengisap puting Hyunjin. Sedangkan Chris, ia gempur lubang anal Hyunjin sambil beberapa kali meremas dan menampar pantat kenyal si cantik.

Kemudian tiba-tiba bel berbunyi. Suara Jeongin terdengar dari luar. Anak itu meminta izin untuk masuk.

“Hm, masuk aja. Pintunya gak saya kunci,” Chris berucap, mempersilahkan Jeongin untuk masuk.

Pintu pun terbuka. Jeongin muncul dari balik pintu dengan tas kamera terkalung pada pundaknya. Ia membeku di tempat, menatap pemandangan di depannya dengan tatapan sangat tidak percaya.

Hyunjin, temannya, sedang telanjang dengan tiga orang pria dewasa, atasannya, mengeroyok dan menyetubuhinya.

“P-pak..,” lidah Jeongin kelu. Sial, seketika celananya terasa semakin sesak.

Chris tertawa kecil. Sangat mengerti, Jeongin pasti sedang tegang. Maka dari itu,

“Bawa kamera, kan? Rekam kita. Kalo kontolnya ngaceng, fap aja sambil rekam. Setelah kita selesai, kamu bisa pake Hyunjin,” Chris berkata.

Hyunjin direndahkan, tapi anehnya tubuhnya malah merinding. Ia merasakan kepuasan tersendiri. Seakan ingin dimaki-maki lebih parah lagi.

Sedangkan Jeongin, dengan kikuk ia mulai mendirikan tripod dan memasang kamera di atas tripod itu. Ia arahkan lensa kamera pada Hyunjin dan ketiga atasannya. Dengan susah payah, ia menelan ludah. Di bawah sana makin terasa sesak saja.

PLAK

Chris menampar keras pantat Hyunjin, membuat si cantik memekik dengan mulut yang masih disumpal oleh penis Changbin.

“Hadap ke kamera dong, sayang. Biar temen kamu bisa lihat wajah binal kamu.”

Dengan bantuan tangan Changbin, Hyunjin menoleh ke arah kamera. Keringat dingin mengucur pada pelipis Jeongin ketika Hyunjin melihat ke arahnya dengan mata sayu dan alis terangkat.

“Shit.”

Beberapa saat kemudian, mereka berganti posisi. Hyunjin berdiri, dengan Chris yang menggempur vaginanya dari belakang. Di depannya, Minho dan Changbin bermain mulut pada masing-masing putingnya. Minho di puting sebelah kanan, Changbin di puting sebelah kiri. Beberapa kali Minho dan Changbin bergantian memainkan klitoris Hyunjin, memberikan stimulasi lebih.

Hyunjin bisa gila. Rasanya ia ingin pingsan, tak tahan dengan kenikmatan yang ia rasakan.

Sedangkan Jeongin, ia sendiri sudah tak tahan. Tangannya bergerak ke bawah untuk menyentuh selangkangannya yang telah menggunduk.

“Pak, ini saya beneran boleh sambil fap?”

Chris mengangguk. “Go ahead.”

Diberi lampu hijau, Jeongin pun membuka celananya. Ia keluarkan penisnya, ia elus dan kocok sembari menonton Hyunjin yang sedang digempur oleh tiga pria dewasa.

“Pak- ahh! Ah! Unghh... saya- ahh!” Tiada henti Hyunjin memekik dan mendesah.

Chris pun mengangkat tubuh Hyunjin untuk ia tidurkan di karpet dengan posisi telentang. Ia angkat dan buka lebar kaki si cantik, lalu lanjut menyetubuhi si cantik. Sementara Minho dan Changbin berdiri tepat di atas muka Hyunjin, mengocok penis mereka dan membiarkan sperma keduanya menyembur dan mengotori wajah cantik Hyunjin.

Chris juga hampir sampai di pelepasannya. Ia bergerak dengan tempo cepat, ia tumbuk g spot di dalam sana tanpa ampun.

“Paaakk... aaaahh!” Hyunjin mendesah panjang. Ia keluar lebih dulu. Tak lama kemudian Chris menyusul. Ia keluarkan semua spermanya di dalam rahim Hyunjin.

Hyunjin lemas.

Chris pun mencabut penisnya. Tanpa mengatakan apa-apa, ia belai rambut Hyunjin dan berlalu meninggalkan ruangan itu. Begitu pula dengan Minho dan Changbin yang keluar dari ruangan begitu saja, tanpa mengatakan apa pun.

Kini tersisa Hyunjin bersama Jeongin yang masih fokus mengocok penisnya.

“Jeong...,” panggil Hyunjin lirih.

“U-uh, iya?”

Hyunjin merangkak mendekati Jeongin. Kemudian ia berlutut di hadapan temannya itu. Tangannya terulur untuk meraih penis Jeongin. Ia kulum penis itu, sesekali ia jilat dan pijat.

“Ah- shit. Hyunjin..”

Tak butuh waktu lama untuk Jeongin mencapai klimaksnya. Pria itu menyemburkan spermanya di dalam mulut Hyunjin, dan Hyunjin dengan senang hati menelan cairan itu hingga tak tersisa.

“Hyunjin,” Jeongin membelai rambut Hyunjin.

“Iya?” Hyunjin mendongak.

“Wow. Luar biasa,” hanya itu yang bisa Jeongin katakan. Sedangkan Hyunjin hanya terkikik.

“Mau dibantuin beres-beres?” Jeongin menawarkan diri. Tapi Hyunjin menggeleng.

“Gak usah. Kamu keluar aja dulu. Balikin kameranya ke Pak Chris, jangan ke multimedia. Malu kalo sampe filenya ketauan,” jawab Hyunjin.

“Terus kamu gimana? Look at you, kamu.., berantakan.”

“Gak papa. Aku di sini dulu, nunggu Pak Chris dateng.”

Jeongin memasukkan penisnya ke dalam celananya kembali. Ia rapikan pakaiannya. “Hadeh, jangan bilang mau ronde dua?”

Hyunjin tersenyum malu-malu. “Gak tau. Kalo pun iya, siapa sih yang mau nolak?”

Jeongin memijit pelipisnya. “Ge we es, deh.”