Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Chan. Anak laki-laki cantik itu menjalankan motornya dan berhenti di depan tokonya.

“Mas, bensin,” ujar laki-laki itu.

Chan segera bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri laki-laki itu.

“Iya, Dek. Pertamax pertalite?” sahut Chan, memasang senyuman ramah.

“Pertamax, Mas. Penuh ya,” jawab si cantik.

Tuhan, ternyata suara anak itu sangat lembut. Chan semakin meleyot saja rasanya. Apalagi jika di lihat dari dekat begini, wah, semakin cantik. Mana wangi, lagi.

Chan pun mengisi tangki bensin motor anak itu hingga penuh. Dia terkekeh kecil.

“Kok bensinnya hampir kering gini, sih, Dek? Udah nggak kamu isi berapa hari?”

“Eh? Iya tah, Mas? Baru dua hari, kok. Aku setiap hari pp ke sekolah, jaraknya jauh. Jadi ya gitu, hehe,” anak itu nyengir.

Chan hanya mengangguk sambil tetap memasang senyum gantengnya.

“25 ribu, Dek,” ujarnya kemudian setelah menutup tangki bensin motor si cantik.

“Ini, Mas,” jawab si cantik sambil menyodorkan pecahan uang 20 ribu dan 5 ribu.

“Makasih, ya, Dek... Hyunjin.”

“E-eh? Kok tau namaku?”

Chan menatap dada si cantik. “Itu, ada name tagnya.”

Si cantik yang ternyata adalah Hyunjin itu hanya nyengir malu.

“O-oh hehe, iya juga, y-ya udah, duluan ya, Mas,” si cantik pun segera memacu motornya pergi dari hadapan Chan.