Tipsy

Dengan langkah sedikit gontai, Chan berjalan menuruni tangga dari rooftop. Bahkan sempat lelaki itu hampir tersandung jika saja refleknya tidak bagus—segera menyeimbangkan diri dan berpegangan pada railing agar tidak jatuh menggelinding di tangga.

Dia lihat Hyunjin yang duduk sendirian di sofa ruang TV lantai 2, sedang memeluk bantal dengan badan terbalut selimut.

Tak berpikir panjang, Chan hampiri Hyunjin dan duduk di sebelahnya.

“Dor!”

Hyunjin menoleh. “Gak kaget, wlee!”

Chan tertawa kecil. Lalu tiba-tiba Hyunjin menjewer telinganya.

“Akh! Kenapa? Kok aku dijewer?”

“Salah siapa minum minum. Tadi hampir jatuh kan, di tangga? Kalo nggelinding kayak trenggiling gimana?”

Chan hanya bisa tersenyum kikuk. “Sorry, pengen banget tadi. Hehe. Mumpung ada.”

“Mumpung ada mumpung ada,” omel Hyunjin. “Untung gak sampe mabok parah.”

“Maaf yaaaa,” lalu dengan lancangnya Chan memeluk badan Hyunjin seperti memeluk boneka, kepalanya ia sandarkan pada bahu yang lebih muda.

Hyunjin biarkan saja Chan begitu. Mungkin pengaruh dari alkohol, membuat lelaki itu menjadi sedikit lebih manja. Entah ada korelasinya atau tidak, tapi itu yang terpikirkan oleh Hyunjin.

“Terus Kak Changbin sama Jeje kemana?” Hyunjin pun membuka suara lagi.

“Gak tau. Tiba-tiba pada ngilang,” jawab Chan, matanya tertutup karena merasa kantuk menyerang. “Kamu sendiri? Kok sendirian?”

“Felix tidur. Tadi kecapekan nata barang-barang dia. Kalo Seungmin masih ke luar, katanya mau cari makan,” gantian Hyunjin menjawab.

Chan menanggapinya dengan anggukan dan gumaman 'hm' lirih. Setelah itu, keduanya hening. Hanya ada suara TV yang menghidupkan suasana ruangan itu.

Beberapa menit kemudian, Hyunjin dengar dengkuran halus dari lelaki yang menyandarkan kepala pada pundaknya itu. Chan jatuh tertidur. Masih dengan posisi kedua tangan memeluknya, walau tak seerat tadi.

“Hhhh,” Hyunjin menghela napas pelan.

Berat sih, meski belum sampai mati rasa, tapi pundaknya pegal. Entah kenapa kepala Chan terasa berat.

'Apa Kak Chan banyak pikiran, ya? Kepalanya berat,' batin Hyunjin, lagi-lagi berteori ngawur.

Tak tega membangunkan, perlahan Hyunjin sedikit bergeser dan ia tidurkan kepala Chan pada pahanya. Mau mengambil bantal, tetapi letaknya terlalu jauh. Hyunjin tak bisa menjangkaunya. Jadi tak apalah, ia pinjamkan pahanya sebentar untuk Chan.

Hyunjin kecilkan volume TV agar tidak mengganggu tidur Chan. Sembari menonton tayangan pada layar 14 inch itu, pikiran Hyunjin berkelana.

'Aku nyaman sama Kak Chan. Tapi aku gak ngerasa lebih dari temen. Ah, no, lebih ke aku ngerasa he's like my big brother.'

'Beberapa kali Kak Chan keliatan a bit suspicious. Aku bukan orang yang terlalu gak peka, walaupun aku akui kadang tanpa sadar aku juga kurang peka. Aku bisa nangkep 'kode-kode' yang diberi Kak Chan. Seems kinda like he has feeling? More than what friends usually do to other friends? I don't know.'

'But what if I'm wrong?'

'Hahah, mikir apa, sih? Dari awal kamu fantasiin Kak Chan waktu heat aja udah salah, Hyunjin.'

Lagi, Hyunjin menghela napas. Kemudian ia menunduk untuk melihat wajah Chan yang sedang tertidur. Dahi lelaki itu terlihat sedikit mengerut.

“Kak Chan bobo,” Hyunjin elus kerutan di antara kedua alis Chan. “Yang nyenyak. Jangan mikir apa-apa waktu tidur.”

Lalu Hyunjin pun tersenyum ketika dahi Chan tak lagi mengerut, kini lelaki itu terlihat tidur dengan lebih tenang.