What Hyunjin Did in the Tree House
Katanya jika bulu mata kita jatuh, tandanya ada orang yang merindukan kita. Dan bila kita menaruh bulu mata tersebut di telapak tangan, lalu menepuk-nepuk tangan kita sambil menyebutkan abjad secara urut, maka abjad yang kita sebut ketika bulu mata itu terjatuh adalah abjad awal nama jodoh kita.
Hwang Hyunjin, sama seperti anak-anak lugu yang lainnya. Umurnya sudah menginjak 16 tahun dan dia masih mempercayai mitos bulu mata itu.
Seperti sore hari yang cerah ini. Di sebuah rumah pohon yang disinari matahari sore, duduklah Hyunjin dan Felix, sahabat karibnya sejak kecil, di lantai rumah pohon itu.
“Ayo sekarang giliran Feli! Cepet kocok dadunya!”
Kedua anak remaja yang sama-sama memiliki wajah manis dan rambut sebahu itu sedang bermain permainan ular tangga.
“Yaahh~ kok enam, sih!” Felix cemberut, diiringi dengan tawa renyah Hyunjin karena Felix kena makan ular.
Hyunjin pun mengocok dadu dan melemparkannya di udara, membiarkan dadu itu mendarat dengan menunjukkan empat mata dadu.
“Uh? Yeaaay!! Hyuni menang!” Hyunjin bersorak riang, sedangkan Felix hanya menatap Hyunjin dengan wajah yang masih cemberut.
“Feli no no sad, it's just a game,” Hyunjin memeluk pinggang sahabatnya itu sambil meletakkan kepalanya pada pundak Felix.
Kemudian Felix pun teringat sesuatu.
“Hyuni Hyuni,” dia menepuk paha Hyunjin.
“Hum?”
“Hyuni pernah suka sama orang, nda?”
Hyunjin pun melepaskan pelukannya dari pinggang Felix dan duduk dengan tegak.
“Ung, n-nda! Nda pernah!” Hyunjin menggeleng ribut.
Felix menatap Hyunjin sambil mengerjapkan matanya berkali-kali.
“Masa?” ujarnya kemudian.
“I-iya!” Sahut Hyunjin cepat.
“Tapi pipi Hyuni pink,” Felix menunjuk pipi Hyunjin dengan jari telunjuknya.
“U-ung.., Hyuni lagi kepanasan! Makanya pipinya Hyuni pink!” Lagi-lagi Hyunjin menyahut dengan cepat.
Sepertinya Felix melihat ada kebohongan dari Hyunjin. Felix menyelidiki raut wajah Hyunjin hingga alisnya bertaut, bibirnya mengerucut.
“Ish! Feli!” Hyunjin cemberut.
“Um, Hyuni percaya nda, kalo bulu mata kita jatuh itu tandanya ada yang kangen sama kita?”
“Huum, katanya sih kayak gitu. Tapi Hyuni percaya!”
“Itu bulu mata Hyuni ada yang jatuh.”
Hyunjin pun berlari ke depan cermin. Benar, ada satu bulu mata terjatuh di dekat tahi lalat mungil di bawah mata kirinya. Hyunjin pun mengambil satu helai bulu mata itu, lalu menaruhnya di atas telapak tangannya.
“Ada... yang kangen sama Hyuni?” gumamnya lirih.
Kemudian dia teringat dengan hal yang pernah diajarkan oleh ibunya ketika beliau masih kecil.
“A B- uh?”
Hyunjin menepuk-nepuk telapak tangannya sambil menyebutkan abjad secara urut, bulu mata yang tadi dia letakkan di atas telapak tangannya pun jatuh ketika dia menyebut abjad 'B'.
Seketika pipinya memanas, semburat merah terlihat semakin jelas di sana.
Hyunjin mengambil kembali sehelai bulu matanya itu, lalu dia taruh kembali di atas telapak tangannya. Kemudian dia tepuk-tepuk lagi telapak tangannya sambil menyebutkan abjad secara urut.
“A B C- uh?”
Hyunjin mengerjapkan matanya sambil menatap bulu matanya yang jatuh di meja nakas itu.
“Uh.., k-kak Chan kan nama panjangnya Bang Chan.. t-terus nama lahir dia Christopher Bang... t-terus nama panggilannya Chan...”
Hyunjin pun menggelengkan kepalanya cepat. Dia mencoba melakukannya lagi, dia ulang sampai tiga kali. Namun tetap saja, bulu matanya jatuh ketika dia menyebutkan abjad B, C, dan B.
“Ung? Hyuni lagi apa?” Felix yang penasaran pun beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Hyunjin.
“U-uh n-nda ada! Nda ada, Feli!”
“Ung?” Felix menatap Hyunjin sambil memiringkan kepalanya bingung.
“Hyunjin! Felix!”
Terdengar teriakan bunda Hyunjin dari bawah sana. Kedua anak itu pun bergegas untuk keluar menuju teras.
“Iya, Bunda?!” seru Hyunjin.
“Ayo turun, gih! Udah mau malem!”
Hyunjin dan Felix pun menurut. Mereka tutup pintu dan jendela rumah pohon mereka, tak lupa menguncinya, lalu turun dari sana. Kedua anak itu berjalan beriringan dengan bunda Hyunjin.
“Dadah Hyuni!” Felix pun memisahkan diri ketika dirinya sudah sampai di depan rumahnya, tangan mungilnya melambai-lambai.
“Dah~!” balas Hyunjin sambil melambaikan tangannya kepada Felix.
“Hyuni tau, nda? Lihat di sana itu mobil siapa?” bunda Hyunjin menepuk pundak putra manisnya itu, lalu menunjuk ke arah rumah bercat abu-abu di seberang rumahnya.
“Uh.., itu kan rumah kak Chan, terus itu mirip mobilnya om Jack..,” Hyunjin masih berpikir.
“That's it! Exactly sayang, om Jack sekeluarga pulang. Dah, Hyuni mandi yang bersih, dandan yang rapih, nanti malam kita ke rumah om Jack,” ujar bunda Hyunjin.
Seketika pipi Hyunjin memerah lagi.
“U-uh.., bunda, jadi nanti ketemu kak Chan?”
Bunda Hyunjin mengangguk. “Sure! Kenapa sayang? Kamu suka sama kak Chan, ya?”
“Ih! Nda!” Hyunjin pun berlari ke rumahnya, meninggalkan bundanya yang tertawa kecil melihat tingkah putranya yang begitu menggemaskan walau sudah menginjak pertengahan masa remaja.
To be continued.