Meet Him Again After Thousand Years
Hyunjin menyukai Chan sudah lama, sejak mereka masih menjadi teman dari Hyunjin menduduki bangku taman kanak-kanak hingga sekolah dasar kelas III. Hyunjin tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya kepada Chan, laki-laki yang berusia tiga tahun lebih tua darinya itu.
Hyunjin terlalu malu. Selama empat tahun Hyunjin hanya bisa mengagumi Chan dan menyimpan rasa sukanya diam-diam. Hingga kemudian Chan dan keluarganya pindah ke Australia. Pada saat itulah perasaan suka Hyunjin kepada Chan bukannya semakin menghilang, justru berubah menjadi perasaan cinta.
Setiap hari Hyunjin akan menyebut nama Chan dalam doa singkatnya sebelum tidur. Dia berharap laki-laki yang pernah selalu mengisi hari-harinya itu akan hadir dalam mimpinya.
Dan kini, setelah bertahun-tahun, Chan kembali. Dan alasan Hyunjin segera berlari setelah bundanya menanyai apakah dia suka dengan Chan atau tidak adalah karena dirinya tak bisa lagi menahan tangis bahagianya. Dia tak mau ibunya tahu kalau dia menangis.
Hyunjin membutuhkan waktu lebih lama di kamar mandi kamar mandi karena dia tidak bisa berhenti menangis. Matanya sempat sembab, namun segera dia kompres dengan kapas yang dia celupkan pada air es. Dia tidak ingin mata sembabnya merusak penampilannya nanti.
Hyunjin sengaja memakai sweater berwarna putih yang pernah Chan berikan kepadanya. Rambut hitam sebahunya dia biarkan tergerai begitu saja.
“Um, how about...,” dia pun meraih sebuah jepitan rambut mungil berbentuk cherry. Dia sematkan jepitan itu pada rambutnya.
“Hehe,” senyumnya pada diri sendiri.
“Hyuni! Udah siap?!”
Oh, bundanya sudah memanggilnya. Dia pun segera membereskan meja riasnya, lalu menyambar ponselnya.
“Sudah!” Pintu kamarnya dia buka, ternyata bundanya sudah menunggunya di depan pintu. Beliau tersenyum.
“Yuk, berangkat.”
Akhirnya, setelah bertahun-tahun rumah bercat abu-abu ini dibuka kembali. Keluarga Chan menyambut kedatangan keluarga Hyunjin.
And see? Hyunjin berjalan di belakang bundanya dengan menunduk malu-malu. Dia melihat kak Chan-nya yang berdiri di dekat tangga, menatapnya sambil tersenyum hangat.
Kak Chan-nya sudah banyak berubah. Maksud Hyunjin adalah fisik lelaki dambaannya itu. Badannya kini terbentuk sempurna, dengan garis wajah yang tegas.
Lagi-lagi pipi Hyunjin memerah.
“Loh, dek Hyunjin? Kok diem aja di luar? Ayo sini masuk,” itu tante Jess, mama Chan.
“U-uh, iya Tante..,” Hyunjin pun masuk lalu duduk di samping bundanya, sedikit sembunyi di belakang lengan bundanya.
Tanpa Hyunjin ketahui, Chan memandanginya sambil tertawa kecil.
“Ih, Hyuni kok malu-malu gini sih, Nak? Itu loh kak Chan. Katanya mau ketemu kak Chan,” bunda Hyunjin sengaja mengeraskan suaranya.
Muka Hyunjin semakin memerah. Dia menyembunyikan mukanya di belakang punggung bundanya, dengan mulut yang mengucapkan gerutuan-gerutuan kecil untuk bundanya. Semua orang di ruangan itu tertawa gemas kecuali Hyunjin.
“Chan, kayaknya dek Hyunjinnya malu kalo banyak orang begini. Gih, kamu ajak ke mana gitu berdua aja.”
Hyunjin semakin terbelalak mendengar ucapan tante Jess barusan.
“U-ung, nda mau...,” gumam Hyunjin lirih, hanya dirinya dan bundanya yang bisa mendengar.
“Dek Hyunjinnie, ayo?”
Hyunjin berani bersumpah, suara Chan yang sudah berubah menjadi suara laki-laki dewasa mengalun begitu indah di telinganya. Maskulin dan lembut menenangkan.
“Diajak itu loh, masa nda mau?” bisik bunda Hyunjin.
Dengan malu-malu Hyunjin pun berdiri. Chan menghampirinya lalu mengulurkan tangannya. Hyunjin meraih tangan Chan, seketika jantungnya berdebar dengan ribut. Sekujur tubuhnya memanas.
Chan terkikik geli melihat tingkah Hyunjin yang begitu malu-malu. Setelah minta ijin kepada ayah dan bunda Hyunjin, Chan pun membawa Hyunjin untuk naik ke balkon rumahnya.
“Hihihi, kamu kenapa malu-malu gitu, sih?” ujar Chan ketika keduanya telah berada di balkon.
“K-kak Chan diem ih!”
Chan pun tertawa.
“Kak! Jangan diketawain,” Hyunjin pun memunggungi Chan.
Sedangkan Chan berjalan mendekat. “Kita dulu sering banget pelukan. Even kissie, cuddles, tidur bareng.”
Muka Hyunjin yang sudah merah kini semakin memerah. Dia merasakan badan Chan yang semakin mendekat dari belakang.
“Can I hug you, now? I miss you so much,” ujar laki-laki itu.
Hyunjin benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Dia ingin menangis.
“Dek? Hyunjinnie? Eh!”
Chan segera menangkap badan Hyunjin ketika teman masa kecilnya, yang sudah dia anggap seperti adik sendiri, itu oleng dan hampir jatuh. Chan mendekap badan Hyunjin, menopangnya agar tidak jatuh.
“H-hiks..”
Ternyata si manis-nya itu menangis. Deep down inside, Chan bisa merasakan kalau Hyunjin juga begitu merindukannya. Maka dari itu dia tidak lagi heran ketika si manis-nya kini menangis. Dia memilih untuk diam dan membiarkan si manis-nya menumpahkan tangis hingga lega sambil mendekapnya erat dan memberikan belaian-belaian lembut.
“Udah mendingan?”
Hyunjin, dengan muka yang merah dan sembab, mengangguk. Chan terkikik melihat wajah Hyunjin-nya yang justru terlihat menggemaskan setelah menangis.
“K-kakak... Hyuni kangen banget..,” Hyunjin memberanikan diri untuk menatap wajah Chan yang kini sudah berubah menjadi jauh semakin tampan.
“I know sayang, kak Chan juga kangen Dek Hyuni,” Chan membelai rambut Hyunjin, tersenyum tipis ketika melihat jepitan berbentuk cherry yang tersemat pada rambut Hyunjin.
“E-eh? K-kakak panggil Hyuni apa tadi?”
“Um, sayang?”
Lagi dan lagi pipi Hyunjin menghangat. Dia alihkan mukanya, lalu melepaskan diri dari pelukan Chan.
“Kok dilepas, sih, pelukannya? Kan kakak masih kangen,” ujar Chan.
“Diem!”
Chan terkekeh. Dia pun menghampiri Hyunjin, memeluknya dari belakang. Hyunjin membiarkannya saja karena jujur dia juga sangat merindukan pelukan Chan.
“Dek, kayaknya kakak harus jujur aja, deh.”
“Hum?”
Chan pun meraih tangan Hyunjin untuk dia genggam.
“I love you. Kakak baru sadar sama perasaan kakak setelah kita jauh. Dan bertahun-tahun itu, nggak ada hari-hari kakak tanpa kangenin kamu. Nggak pernah kamu hilang dari otak kakak. Selalu aja kepikiran. And now you've grown so much. Just like I did. Kamu selalu cantik, tapi sekarang kamu makin cantik. You're glowing up.”
“K-kak...”
Hyunjin pun menangis lagi. Begitu luar biasa perasaan yang dia rasa sekarang hingga tak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Kak Chan-nya, pujaan hati yang dia tunggu selama bertahun-tahun, ternyata merasakan perasaan yang sama dengannya. Perasaannya terbalaskan.
“I love you, sayang. Bukan sebagai teman kecil kayak dulu, tapi sebagai Chan dan Hyunjin yang sekarang.”
Hyunjin menangis dalam pelukan Chan. Semakin deras ketika Chan mengucapkan kalimatnya tadi.
“H-hiks.., kakak..., Hyuni h-hiks.. juga sayang k-kakak.. hueeeeee!”
Chan terkikik gemas melihat Hyunjin yang menangis seperti anak kecil. Namun jujur saja saat ini Chan juga menangis tersentuh. Air matanya mengalir, namun dia tertawa melihat kegemasan Hyunjin.
“So, will you be mine?”
Hyunjin mendongak. “U-uh? J-jadi kita pacaran..?”
“Iya sayang,” Chan tersenyum lembut.
“Hiks.., hueee! Mauuu!” Hyunjin memeluk Chan erat sambil menenggelamkan wajahnya pada dada Chan.
Hyunjin's monologue
Hyuni masih inget beberapa hari yang lalu Hyuni mainan tepuk-tepuk bulu mata. Berkali-kali Hyuni coba, bulu mata Hyuni selalu jatuh waktu Hyuni bilang B dan C. Kalau Hyuni boleh berharap, bisa nda ya mitos itu beneran? Hyuni mau jadi jodohnya kak Chan...
End.