Tags: aboverse, alpha!chan, omega!hyunjin, alpha!changbin, beta!seungmin (only mentioned), slight changjin, nsfw, dialog nonbaku, sexual harassement, alphas fight, scenting, nesting, mating, knotting, softcore sex, romantic sex, male omega has a womb
Words: 3,3K+
Aboverse adalah sebuah semesta fantasi yang mana penghuni di dalamnya memiliki secondary gender. Terdapat alpha, beta, dan omega. Baik alpha pria maupun wanita dapat menghasilkan sperma, begitu juga dengan baik omega pria maupun wanita yang dapat menghasilkan sel telur. Sedangkan beta pria dapat menghasilkan sperma, dan beta wanita dapat menghasilkan sel telur.
Rut: musim kawin yang terjadi pada alpha. Feromon yang dihasilkan oleh alpha pada saat rut dapat mempengaruhi musim kawin omega. Biasanya bisa mempercepat datangnya heat.
Heat: musim kawin yang terjadi pada omega. Sama halnya dengan alpha, feromon omega yang dihasilkan pada saat heat dapat mempengaruhi musim kawin alpha.
Scenting: alpha 'meliputi' tubuh omega dengan feromon alpha sebagai pre-claim.
Marking: alpha menggigit bagian tubuh omega (biasanya leher) untuk menandai omega secara mutlak. Jika sudah diberi mark, maka omega tersebut sudah menjadi milik alpha yang memberi tanda, tidak bisa diganggu gugat.
Knotting: membuat sebuah bond pada saat hubungan seks antara alpha yang sedang rut dan omega yang sedang heat, di mana alpha akan menanam 'benih'-nya di dalam rahim omega.
Mating: berhubungan seks untuk membentuk sebuah bond sehidup semati.
Bond: ikatan, hubungan.
Nesting: omega membuat sebuah tempat nyaman dan aman dengan mengumpulkan sesuatu yang memiliki feromon mate mereka, biasanya baju-baju, selimut, bantal, dll milik mate mereka. Ini dilakukan ketika omega sedang heat atau suasana hati mereka sedang buruk.
Suppressant: obat khusus untuk menekan hormon dan feromon baik untuk alpha dan omega, biasanya untuk menunda heat/rut sementara.
'CLOSE'
Pukul 22.00, Hyunjin membalik tanda pada pintu kafe tempatnya bekerja. Seungmin, rekan kerjanya pada shift hari ini telah pulang lima belas yang lalu. Seungmin pamit lebih awal karena harus segera menemui seseorang, maka saat ini tinggal Hyunjin seorang diri.
Butuh sekitar setengah jam bagi Hyunjin untuk membereskan kafe seorang diri. Lalu ketika semuanya beres, Hyunjin menutup kafe itu dan segera beranjak pulang lantaran malam sudah larut.
Hyunjin adalah seorang omega. Agak berbahaya baginya untuk berjalan seorang diri larut malam begini, ditambah akhir-akhir ini siklus heat-nya yang tidak teratur. Dan bodohnya dia, suppressant yang seharusnya wajib dibawa, hari ini dia tinggalkan di rumah dengan alasan lupa dan buru-buru. Dalam hati Hyunjin terus berdoa agar heat-nya tidak datang tiba-tiba, ataupun ada alpha yang sedang rut muncul di sekitarnya.
Biasanya Hyunjin akan pulang naik bus. Tapi karena dia harus membereskan kafe seorang diri, bus terakhir yang lewat di jalan terdekat sudah berlalu. Maka Hyunjin harus berjalan sedikit lebih jauh, melewati jalan sekitar kedai yang malam hari ini sudah gelap dan sepi menuju jalan raya untuk mendapat tumpangan bus.
Hyunjin menyusuri jalanan sepi itu sembari bersenandung ringan untuk mengusir rasa waswasnya. Satu hal lain yang membuatnya semakin waswas, beberapa jam lalu, Hyunjin merasa badannya memanas. Bagian bawahnya terasa lebih lembap dari biasanya, juga sedikit berkedut.
Tak heran, tadinya beberapa pengunjung kafe dengan gender alpha terlihat tidak nyaman. Oleh karena itu, Seungmin menyuruh Hyunjin untuk tetap di dapur.
Tak diragukan lagi, heat-nya akan segera datang.
Hyunjin melangkahkan kakinya sedikit lebih kencang. Dia merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa benda wajib yang harus dibawa malah tertinggal di rumah. Bagaimana jika di tengah jalan dia bertemu dengan alpha beringas yang tidak bisa menahan diri? Bagaimana jika di dalam bus nanti feromon yang dia keluarkan akan membuat sopir dan penumpang lain merasa tak nyaman? Kecuali mereka adalah beta, karena beta tak bisa mencium feromon omega.
'Kayaknya harus mampir buat beli suppressant, deh,' gumam Hyunjin dalam hati. Namun masalah lainnya, apakah ada minimarket atau apotek yang masih buka?
Tak mau pesimis, Hyunjin terus melangkahkan kakinya menuju jalan raya, siapa tahu masih ada minimarket yang buka. Hingga kemudian dirinya mencium bebauan yang membuat badannya merinding seketika. Memanas. Kepalanya pening. Bagian bawahnya semakin berkedut dan basah.
Kayu cedar dan argan.
Feromon alpha.
Hyunjin terjatuh karena kakinya yang mendadak lemas. Jika saja insting manusiawinya tak mengambil alih insting hewaninya, Hyunjin hampir saja melepas bajunya saat itu juga karena tak tahan dengan rasa panas di tubuhnya.
'Jangan, jangan dulu.'
Napasnya memberat. Feromon alpha itu tercium semakin kuat. Maka dengan tenaganya yang tersisa, Hyunjin segera berlari menjauhi tempat itu.
Penciuman omega yang sedang heat akan berkali-kali lipat lebih sensitif terhadap feromon alpha. Terlebih feromon kayu cedar dan argan yang tadi, 100% Hyunjin yakin berasal dari alpha yang sedang rut.
Hyunjin pun mencari tempat yang gelap dan tersembunyi. Dia tak kuat. Feromon alpha itu meningkatkan hormonnya secara drastis. Maka tubuhnya merosot, duduklah dia di jalan gang sepi dan menyandarkan punggungnya pada dinding gang itu.
Hyunjin tak yakin dia bisa sampai rumah dalam keadaan seperti ini. Sungguh, dia tak tahu apa yang harus dia lakukan. Menyentuh dirinya sendiri? Sangat tidak mungkin. Dia tak segila itu untuk melepaskan hasratnya di tempat umum dan terbuka seperti ini, meskipun tak ada orang berlalu-lalang saat ini.
Pasrah.
Hyunjin hanya bisa pasrah. Berharap ada seseorang yang datang menolongnya, adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan saat ini.
Jaketnya dia lepas, dia sumpalkan pada mulutnya untuk menahan lenguhan. Selain itu dia butuh sesuatu untuk dia gigit.
Ah, sial. Feromon kayu cedar dan argan itu kembali tercium kuat. Hyunjin memejamkan matanya. Sekuat hati dia tahan agar insting hewaninya tidak mengambil alih kesadarannya.
Kemudian iris merah menyala muncul dari kegelapan. “Kayak apa sih, wajah omega gila yang berkeliaran waktu heat kayak gini?”
Hyunjin tersentak. Orang ini, orang ini adalah asal dari feromon kayu cedar dan argan itu. Perlahan sosoknya terlihat jelas ketika mendekat.
Hyunjin tak menjawab. Dia tatap sosok alpha yang matanya menunjukkan kilatan merah penuh rasa 'lapar' itu, takut-takut.
“Jangan,” lirihnya.
Alpha itu berjongkok. Di bawah cahaya remang-remang, Hyunjin dapat melihat gundukan pada selangkangan pria itu. Kening dan pelipis pria itu sama berkeringatnya dengan dirinya.
“Lo, Hyunjin yang itu, bukan?”
“Lo, siapa lo? Jangan macem-macem, gue mau pulang,” Hyunjin membalas ucapan pria asing itu.
“Yakin bisa pulang dalam keadaan kayak gini?”
Hyunjin terdiam. Benar juga, bagaimana caranya dia pulang jika keadaannya sudah seperti ini. Setengah mati menahan agar insting hewaninya untuk berkembang biak tidak mengambil alih sisi kemanusiaannya.
“Gue bisa bantu,” ucap pria itu.
Tidak, Hyunjin tidak mengenal pria ini. Jangan mudah percaya dengan orang asing, begitu prinsip yang selalu dia tanamkan.
Maka dengan sekuat tenaga Hyunjin bangkit, hanya untuk tubuhnya yang limbung lagi. Terjatuh, karena kakinya yang lemas dan bagian bawahnya yang berkedut hebat.
Lenguhan lirih mengalun dari bibirnya. Sontak saja dia tutup mulutnya rapat-rapat. Sedangkan alpha lapar itu menatapnya sembari menjilat bibirnya.
“Sial.”
Alpha itu melepas pakaiannya satu persatu. Takut, Hyunjin ketakutan melihat aksi alpha asing di dekatnya itu. Kali ini dia berhasil bangkit, segera saja dia berlari menjauh.
Bodoh, bodoh, bodoh. Berkali-kali Hyunjin merutuki dirinya. Haruskah dia pergi ke motel untuk menginap semalam saja? Rasanya tak mungkin jika dia harus pulang.
Kekuatan fisik alpha yang sedang rut akan meningkat. Terutama jika mereka sedang mengejar omega incarannya, seperti halnya yang dilakukan oleh alpha pemilik feromon kayu cedar dan argan itu.
Hyunjin menangis. Antara takut dan sudah berada di ambang maksimal kemampuannya menahan diri. Tak kuat, Hyunjin sudah tak kuat. Pusing dengan feromon alpha itu yang sialnya begitu memikat. Hyunjin ingin lari, menjauh, tapi dalam waktu yang sama, daya tarik feromon sang alpha menuntun insting hewaninya untuk bergerak mendekat. Meminta untuk disetubuhi.
BUGH!
“Changbin, lo gak usah aneh-aneh!”
Ada suara pria lain. Hyunjin pun menghentikan larinya, dia menoleh.
Kayu cendana dan moringa.
Feromon alpha. Namun yang ini tercium tak begitu pekat, tandanya alpha yang baru datang tidak sedang dalam masa rut.
Alpha yang baru datang, dia menoleh ke arah Hyunjin. Begitu pula dengan Hyunjin yang menatapnya. Mata keduanya bertemu, terpaku dalam beberapa waktu.
'Chan?'
Bang Chan, atau Chan, adalah alpha yang baru saja datang. Hyunjin mengenal pria itu. Mereka dulunya adalah teman satu kelas pada saat SMA, hingga kini mereka masih berteman baik.
Sedangkan alpha yang lain adalah Seo Changbin, atau Changbin. Hyunjin tidak mengenal siapa itu Changbin. Tapi yang pasti Chan mengenal Changbin, mungkin mereka berdua berteman.
Chan masih terpaku, badannya sedikit menegang. Namun ketika Changbin bangkit dan terlihat akan mengejar Hyunjin, Chan tersadar dan segera menahan badan Changbin.
“Hyunjin, lari! Cari penginapan terdekat, bilang kalo lo lagi heat dan butuh bantuan!”
Hyunjin mendengarkan instruksi dari Chan. Dia segera berlari menjauh dari situ.
Buttermilk dan bubblegum.
Feromon manis dari Hyunjin masih mengitari kepala Chan, membuatnya terasa pening. Beberapa kali dirinya menawarkan bantuan kepada Hyunjin pada masa heat-nya. Cukup dengan meminjamkan baju-bajunya, atau sekedar memeluknya agar sang omega merasa lebih nyaman.
Kali ini Changbin ada di hadapannya. Teman alphanya itu sedang rut, hingga sekarang menjadi lebih agresif. Changbin mendorong tubuh Chan dengan tenaga yang super besar hingga Chan oleng dan terjatuh di aspal.
Changbin menubruk tubuh Chan, dia tarik kerah kaos pria itu. Matanya menyala penuh amarah, taring di antara deretan giginya muncul. Pria itu menggeram rendah.
“Brengsek. Brengsek!”
Namun sebagai seorang alpha, tenaga Chan tentunya tak kalah kuat dengan Changbin. Dia balik posisi mereka hingga kini Changbin-lah yang telentang di atas aspal.
Kedua alpha itu saling menarik kerah pakaian masing-masing.
“Changbin, sadar!”
BUGH!
Changbin meninju pipi Chan. Cukup kuat hingga cengkeramannya pada kerah Changbin lepas.
“Gak usah ganggu gue!”
Changbin bangkit, dia kejar Hyunjin yang ternyata sudah cukup jauh. Tapi hidungnya masih bisa melacak bau buttermilk dan permen karet milik omega itu. Tak masalah, alpha yang sedang rut dapat berlari cepat.
Tapi sekali lagi Chan tahan tubuhnya. Amarahnya terpancing, dia tendang kuat-kuat perut Chan.
“Bin! Please! Jangan, itu temen gue. Kalo lo butuh pelampiasan, gue bisa anter lo tempat terapi. Tapi jangan Hyunjin, dia temen gue. Please, Bin.”
Changbin masih enggan mendengar perkataan Chan. Lagi-lagi dia layangkan pukulan pada tubuh temannya itu, juga beberapa kali mencoba menggigit dan mengoyak pakaian Chan.
Merasa Changbin semakin meliar, Chan pun mengeluarkan tenaga terkuatnya untuk menahan pergerakan Changbin dan menundukkan pria itu.
“Seo Changbin, denger gue.”
Napas Changbin masih terengah-engah. Dia dapat melihat kilatan dominasi yang begitu kental pada iris mata Chan.
“Hyunjin itu, dia temen gue. Jangan berani lo apa-apain. Sadar.”
Suara Chan rendah, penuh penekanan dan dominasi, dan mutlak.
Perlahan kilat amarah pada iris Changbin memudar. Cengkeramannya pada pakaian Chan pun melonggar.
“Chan..”
Chan tersenyum. Dia lepaskan cengkeramannya pada tubuh Changbin, lalu dia tepuk pundak temannya itu.
“Sadar. Latih lagi biar sisi kemanusiaan lo lebih dominan dari sisi hewani lo.”
Peluh membanjiri seluruh tubuhnya. Chan melihatnya, dia paham betul tentang seberapa menyiksa masa rut dan tak adanya pelampiasan.
“Mau gue anter ke tempat terapi?” Tawar Chan. “Bahaya kalo lo pergi sendirian. Suka lepas kendali.”
Benar juga, Changbin tak bisa mengelak. Dirinya masih kesusahan mengendalikan diri. Maka dari itu dia menerima tawaran Chan.
Setelah mengantar Changbin ke tempat terapi, Chan pun menghubungi Hyunjin. Omega itu sedang berada di sebuah motel. Di seberang panggilan, Chan dapat mendengar suara Hyunjin yang dipenuhi dengan rintihan dan napas yang berat.
Sialnya itu terdengar indah.
“B-boleh... tolong ke sini? Bawain suppressant..”
Sebenarnya Hyunjin bisa saja minta tolong kepada pelayan motel untuk membantunya membawakan suppressant. Namun entah kenapa, omega itu meminta dirinya yang datang.
Dan Chan tahu dia tidak akan pernah bisa menolak Hyunjin. Sudah lama dia menyimpan perasaan pada omega cantik itu.
“Oke. Tunggu lima belas menit, bisa? Masih bisa nahan, kan?”
“Uhh... bisa-uhh.. bisa.. Chan, nanti pinjem baju boleh? Mau nesting..”
Tentu, tentu saja. Tentu saja Chan akan mengiyakan.
Room 203.
Chan mengetuk pintu ruangan dengan nomor 203 itu, kamar tempat Hyunjin berada.
“Hyunjin, ini Chan.”
Pintu terbuka. Hyunjin muncul dengan keadaan yang, berantakan. Berantakan yang cantik, menarik. Matanya sayu, pipi dan ujung hidungnya memerah, bibirnya merah membengkak, rambutnya acak-acakan, badan yang basah karena keringat, dengan pakaian yang sudah tak karuan bentuknya.
Chan terpikat.
“Ng, Chan?”
“Ah,” Chan sadar dari lamunannya. Dahinya sedikit mengerut, menahan betapa memabukkannya feromon dari sang omega.
“Ini,” Chan memberikan tablet suppressant kepada Hyunjin. “Gue bawain minum sama makanan juga. Biasanya setelah lo lebih tenang, lo bakal laper.”
Hyunjin menerima tablet itu. Kemudian Chan dibuat tersentak, pasalnya Hyunjin menarik tangannya cukup kuat, lalu menutup pintu ruangan itu rapat-rapat. Bahkan menguncinya.
“Hyunjin?”
“Kayaknya nesting aja gak cukup. Chan di sini aja, mau? Hyunjin perlu feromon Chan biar bisa tenang,” sang omega berujar dengan suara sedikit serak.
Dengan susah payah Chan menelan ludah. Menemani Hyunjin hingga omega itu lebih tenang, menemaninya semalaman, Chan tidak yakin dirinya akan kuat. Sebelumnya, dia hanya akan memeluk Hyunjin sekilas untuk scenting ketika omega itu sedang heat. Tak sampai menemani semalaman seperti ini.
Tapi sekali lagi, Chan tidak akan pernah bisa menolak Hyunjin.
“Uh, o-oke. M-mau pelukan?” Dia terbata-bata.
Hyunjin mengangguk.
Chan menarik napas dalam-dalam. Dia pun melepas jaket dan kaosnya untuk dia berikan kepada Hyunjin. Dia juga memberikan beberapa kaos yang dia tinggalkan di mobil untuk Hyunjin, agar omega itu bisa gunakan untuk nesting.
Hyunjin meletakkan baju-baju milik Chan di sekitar bantalnya, lalu dia kembali berbaring. Chan yang kini bertelanjang dada pun ikut berbaring di samping Hyunjin. Lantas Hyunjin segera mendekat kepada Chan, dia tenggelamkan kepalanya pada dada Chan.
Feromon manis Hyunjin menguar begitu kuat. Saat ini Chan tidak sedang rut, namun rut-nya bisa saja datang lebih cepat jika terus dipancing oleh feromon manis sang omega yang tercium berkali-kali lipat lebih memabukkan ketika sedang heat seperti sekarang ini.
Namun Chan harus kuat. Dia harus menjaga kehormatan Hyunjin.
Hyunjin memejamkan matanya. Tubuhnya menggeliat, rintihan lirih beberapa kali keluar dari mulutnya. Tangannya mencengkeram tubuh Chan, kepalanya tenggelam lebih jauh pada ceruk leher sang alpha.
Tak dapat dipungkiri, celana Chan sesak. Tubuhnya kian memanas. Namun dia harus menahannya. Lantas tangannya terulur untuk membelai rambut Hyunjin, menyisir lembut helai-helai yang basah karena keringat itu. Kadang dia kecup puncak kepala sang omega, berusaha sebisanya untuk membuat sang omega agar lebih tenang.
Lenguhan lembut terdengar dari Hyunjin. Tak ada lagi rintihan, menandakan omega itu sudah jauh lebih tenang dan nyaman.
Hyunjin boleh tenang, namun kini Chan yang tidak tenang. Seperti dugaannya, feromon Hyunjin terlalu berlebihan untuk dirinya bisa menahan diri. Terlalu memikat, terlalu mengundang.
Dapat dia pastikan rut-nya akan datang lebih awal.
Sekuat tenaga dia katupkan rahangnya agar tak menggigit Hyunjin, memberi 'tanda' pada sang omega. Dia tak bisa melakukan itu. Bagaimanapun juga, dia dan Hyunjin tak ada hubungan apa-apa. Menandai Hyunjin, sama artinya dengan melamar omega itu. Diperlukan niat dan komitmen yang kuat, karena jika sudah bertanda, maka artinya mereka akan bersama selamanya.
“Akh,”
“U-uh?”
Tak sengaja lutut Hyunjin mengenai gundukan di selangkangkan Chan.
“It's okay, it's nothing,” Chan berbisik lembut.
Hyunjin mengangguk, dia memejamkan matanya lagi.
“Chan..,” kemudian dia bersuara.
“Ya?” Jawab sang alpha.
“Aku, aku pengen ditandain,” lirih sang omega.
“E-eh?” Chan terbelalak. Apa itu tadi yang Hyunjin katakan? Dia tidak salah dengar, kan?
“Aku, uhh,” Hyunjin menaikkan satu kakinya untuk dia lilitkan pada pinggang Chan. Dia menarik tubuh sang alpha untuk mendekat. Selangkangannya dia gesekkan pada selangkangan milik sang alpha.
“Hyunjin, no,” bisik Chan.
Hyunjin menggeleng. “Mau Chan..”
“Hyunjin.”
Rintihan sang omega terdengar lagi. Padahal tadinya sudah lebih tenang. Entah apa yang membuat sang omega kembali terangsang, kemungkinan adalah feromon Chan yang menguar lebih kuat.
Alias sang alpha kini memasuki rut-nya.
Chan ikut terengah-engah. Selangkangannya sesak dan menyakitkan. Namun dia berpikir, apakah ini tak akan menjadi masalah? Melihat bagaimana keduanya tak menjalin hubungan apa pun.
“Channie rut?” Hyunjin menatap Chan dengan mata sayunya.
Sial, sialan. Terlalu berat bagi Chan untuk menahan diri.
“Feromon Channie, uhh..,” tangan Hyunjin merambat naik, lalu dia remas rambut Chan sembari terus menggesekkan selangkangannya pada milik sang alpha.
“Hyunjin, kalo misalnya aku tandain kamu, will it be okay?“
Hyunjin mengangguk dengan ribut. “Channie, Hyunjin udah lama suka sama Channie. Channie tau kenapa Hyunjin selalu minta Channie buat bantu Hyunjin waktu heat, padahal Hyunjin bisa minta ke yang lain?”
Chan terdiam. Sedangkan Hyunjin, tangannya kini menangkup pipi Chan.
“Karena Hyunjin cuma pengen Channie. Mark me, go ahead. I would say thank you.”
Chan tertegun. Lalu beberapa saat kemudian, dia sambar bibir sang omega.
Manis. Manis. Manis. Candu. Memabukkan.
Dalam ciuman panas itu, Chan merobek pakaian Hyunjin. Dia angkat tubuh kecil sang omega hingga kini berada tengkurap di atas dadanya. Chan turunkan celana Hyunjin, dia sentuh bagian bawah sang omega yang sangat basah dan hangat.
Desahan keluar dari mulut sang omega bersamaan dengan lepasnya tautan bibir keduanya.
“Hyunjin, yakin?” Chan tatap sang omega, taringnya kini telah muncul.
Namun Hyunjin balas tersenyum, sekali lagi dia kecup bibir Chan.
“Aku udah nunggu ini dari lama. Selama ini aku terlalu malu buat bilang. Channie, tandain Hyunjin.”
Seperti mimpi rasanya. Tak pernah Chan sangka, hari ini benar-benar tiba. Memiliki Hyunjin seutuhnya adalah salah satu impian terbesar Chan. Dan pada malam ini, impian itu telah berada di depan matanya. Dengan mudahnya dia akan raih impian itu.
“Hyunjin, I love you.”
Maka saat itu juga, sang alpha menggigit leher sang omega, memberikan tanda jalinan sehidup semati. Hyunjin mendesah hebat, rasa sakit sekaligus puas dia rasakan. Mengetahui sang alpha telah menandainya, hatinya terasa penuh.
“Channie, I love you too.”
Kini posisi mereka berbalik. Chan mengukung Hyunjin di bawahnya. Tubuh keduanya polos, dengan Chan yang mencumbu sekujur tubuh Hyunjin.
Desahan Hyunjin mengalun indah melewati gendang telinga Chan. Seperti memanggil-manggil dirinya agar mencumbu sang omega lebih, lagi dan lagi.
Bibir Chan bergerak semakin ke bawah, hingga ketika wajahnya berada tepat di depan selangkangan Hyunjin, berhenti sejenak. Indah. Pemandangan yang sangat indah.
Kemudian Chan jilat cairan dari lubang senggama Hyunjin yang bercucuran itu.
“Ahh!” Sang omega memekik.
Lalu satu jari masuk. Licin, masih sempit. Satu jari lagi pun masuk. Chan gerakkan jarinya, membuka lubang Hyunjin agar lebih longgar. Gerakannya perlahan namun pasti. Dengan jari-jarinya, dia eksplor bagian dalam Hyunjin, mencari letak titik kenikmatan milik sang omega.
“Ahh! Chan!”
Tak butuh waktu lama, Chan sudah menemukannya. Dia harus mengingat letak titik itu, jika mau sang omega klimaks untuk dirinya.
“Hyunjin, aku masukin sekarang, ya?”
Hyunjin mengangguk. Sungguh tak sabaran, hingga tangannya ikut membuka kedua bongkahan pantatnya.
Perlahan Chan masukkan penisnya ke dalam lubang Hyunjin. Perlahan, tak ingin menyakiti sang omega karena ini adalah pertama kalinya. Chan tak bergerak, membiarkan agar sang omega terbiasa dulu. Sembari dia kecup leher dan dada sang omega dengan lembut.
Tangan Hyunjin bertengger pada pundak Chan. “Channie, gerak.”
Chan menerimanya. Secara perlahan dia gerakkan pinggulnya. Tak sulit karena lubang Hyunjin yang memang sudah sangat basah dan licin.
Hyunjin mendesah hebat, merasakan sensasi surga dunia yang baru. Bersamaan dengan itu, Chan meningkatkan tempo gerakannya. Hyunjin menggelinjang, sensasinya sangat memabukkan.
Chan menggeram rendah ketika lubang Hyunjin meremas-remas penisnya. Mulutnya yang menganggur dia gunakan untuk menghisap puting kemerahan sang omega.
Sang omega menjerit. Begitu nikmat.
Sedari tadi Chan bermain-main, sengaja mengulur waktu. Sengaja dia tidak menumbuk titik Hyunjin karena ingin sesi bercinta mereka berlangsung lebih lama. Namun ketika melihat sang omega menangis, merintih untuk meminta lebih, Chan tidak tega.
“AAHH!”
Chan tumbuk titik surgawi Hyunjin di dalam sana. Berkali-kali, hingga kini rintihan Hyunjin berganti dengan erangan-erangan penuh kenikmatan.
Kaki Hyunjin bergetar. Tangannya mencengkeram punggung Chan erat, hingga mungkin punggung milik sang alpha sudah dipenuhi dengan goresan-goresan kukunya. Tak apa, itu adalah cara omega menandai alphanya.
Chan kini menatap Hyunjin lekat-lekat. “Hyunjin, kalo nanti terjadi apa-apa, aku janji aku bakal tanggung jawab. I'm all ready for you.“
Hyunjin mengangguk. “Knot me.”
Dengan begitu, sekali lagi tumbukan, Chan mengeluarkan spermanya di dalam rahim Hyunjin. Tak butuh waktu lama, Hyunjin menyusul. Desahan keduanya terdengar saling beriringan.
Mereka biarkan posisi mereka seperti itu dalam beberapa saat, untuk membentuk sebuah bond. Hingga setelah keduanya menyelesaikan orgasme, Chan pun menarik keluar penisnya.
Hyunjin tersenyum dengan mata sayunya. Tangannya terulur untuk mengelus rahang Chan. “Let's get married.“
Chan terkekeh. “Secepet itu?”
Hyunjin ikut terkekeh. “Gak lah, maksudnya, kita siapin segalanya dulu. Waktu udah siap, baru kita nikah. Lagi pula kita udah lakuin semuanya. Marking, mating, knotting, bonding.”
Chan mengangguk, senyuman bahagia terpatri pada bibirnya. Dia pun merebahkan tubuhnya di sebelah Hyunjin.
“And all in one night.”
Pagi akan datang tak lama lagi. Cukup lama keduanya melakukan sesi bercinta hingga dini hari sudah datang menyambut. Tak ada rasa kantuk sama sekali. Hati keduanya terlalu membuncah, dipenuhi bunga-bunga asmara yang bermekaran.
Sembari menunggu datangnya fajar, mungkin mereka akan melakukan ronde kedua?
.